Ia disebut menjadi korban pembunuhan karena dianggap menentang pembentukan Angkatan Kelima PKI.
Jenderal Ahmad Yani lahir di Purworejo pada 19 Juni 1922. Ia ditemukan meninggal pada 1 Oktober 1965 di Lubang Buaya.
Selama hidupnya, ia aktif dalam berbagai peristiwa militer, termasuk operasi pemberantasan PKI Madiun pada 1948, Agresi Militer Belanda II, hingga penumpasan DI/TII di Jawa Tengah.
Donald Ignatius Panjaitan lahir di Balige, Tapanuli, pada 19 Juni 1925. Ia meninggal pada 1 Oktober 1965 akibat peristiwa G30S.
Sebelum kematiannya, Mayjen Panjaitan memiliki karier cemerlang di bidang militer, termasuk tugas belajar ke Amerika Serikat setelah diangkat menjadi Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat.
Pierre Andries Tendean lahir di Jakarta pada 21 Februari 1939. Ia adalah ajudan Jenderal A.H. Nasution pada 1965.
Tendean ditangkap oleh pasukan G30S karena disangka sebagai Jenderal A.H. Nasution.
Ia tidak memberontak dan akhirnya dibunuh lalu dimasukkan ke dalam sumur tua di Lubang Buaya.
Katamso lahir di Sragen pada 5 Februari 1923. Ia ditemukan meninggal pada 22 Oktober 1965 sebagai korban G30S.
Katamso awalnya adalah anggota TKR yang kemudian bergabung dengan TNI setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Pada 1958, Katamso dikirim ke Sumatera Barat untuk menumpas pemberontakan PRRI.
Karel Satsuit Tubun lahir di Tual, Maluku Tenggara, pada 14 Oktober 1928.
Ia gugur dalam peristiwa G30S karena melakukan perlawanan saat bertugas di kediaman Dr. Y. Leimena, dekat rumah dinas Jenderal A.H. Nasution.
Sugiyono lahir pada 12 Agustus 1926 di Gunung Kidul. Ia ditangkap di Markas Korem 072 pada 1 Oktober 1965.
Ia kemudian dibunuh dan jasadnya ditemukan pada 22 Oktober 1965 di Kentungan, utara Yogyakarta.