Walaupun perang berakhir, Presiden Rodrigo Duterte tetap memerintahkan pasukan militer untuk tetap waspada.
Baca juga: Amnesti Internasional Sebut Militer Filipina Lakukan Pelanggaran HAM di Marawi
Masyarakat Marawi mendapatkan izin untuk kembali ke wilayahnya.
Namun, mereka ternyata harus menghadapi kondisi yang sulit dengan tidur di reruntuhan bangunan karena status kepemilikan tanah belum jelas, sehingga harus bergantung pada bantuan pemerintah.
Dampak konflik ini sangat dirasakan Masyarakat Marawi, terutama keluarga dengan marga Maute.
Diskriminasi terhadap masyarakat dengan marga Maute meningkat, meskipun tidak semua dari mereka terlibat dalam kelompok teroris.
Selain itu, konflik ini menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas, termasuk anggota kelompok teroris, pasukan keamanan, dan warga sipil.
Konflik ini juga mengakibatkan ribuan orang kehilangan rumah dan menghancurkan sebagian besar infrastruktur Kota Marawi.
Referensi: