Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Charles de Gaulle, Pemimpin Perancis pada Perang Dunia II

Kompas.com - 03/07/2023, 20:00 WIB
Susanto Jumaidi,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada 1940, Perancis harus menerima kekalahan dalam pertempurannya dengan Jerman.

Sejak itu, Perancis telah diduduki oleh Jerman dan dijadikan sebagai negara boneka melalui pemerintahan Vichy.

Beberapa petinggi negara Perancis kala itu terbang ke London dan mendirikan pemerintahan dalam pengasingan yang dikepalai Charles de Gaulle.

Charles de Gaulle melalui pemerintahan pengasingan tersebut mulai mengorganisasi pasukan dan strategi untuk merebut kembali Perancis dari Jerman.

Gerakan Charles de Gaulle kemudian berujung pada hengkangnya Jerman dari Perancis.

Baca juga: Operasi Pembebasan Perancis pada Masa Perang Dunia II

Biografi Charles de Gaulle

Charles de Gaulle lahir pada 22 November 1890 di Lille, Perancis, dengan nama lengkap Charles André Joseph Marie de Gaulle. 

Sejak usia muda, De Gaulle telah menunjukkan ketertarikan dalam dunia militer dengan memasuk Akademi Militer Saint-Cyr.

Baca juga: Kantong Falaise, Ketika Nazi dikepung Sekutu dari Empat Penjuru Arah

Pada 1913, ia telah berpangkat letnan dua muda dan bergabung dengan resimen infanteri di bawah pimpinan Petain.

Dalam perkembangannya, ia dipromosikan oleh Marsekal Pétain pada 1925 menjadi staf Dewan Perang Tertinggi.

Dari 1927 hingga 1929, De Gaulle menjabat sebagai mayor tentara yang menduduki Rhineland dan dapat melihat potensi bahaya agresi Jerman dan ketidakmampuan pertahanan Perancis.

Kiprah De Gaulle sebagai seorang militer kian berkembang tatkala Perancis memasuki fase Perang Dunia II.

Baca juga: Negara-Negara yang Membebaskan Perancis pada Perang Dunia II

De Gaulle dalam Perang Dunia II

Ketika Jerman telah menduduki Perancis pada Perang Dunia II, melalui pemerintahan pengasingan, De Gaulle menyiarkan seruan perang melawan Jerman di bawah kepemimpinannya.

Di London, ia mendirikan sebuah pasukan militer Les Forces Françaises Libres (FFL) yang menggabungkan diri dengan sekutu di Inggris.

Pasukan ini nantinya terlibat langsung dalam upaya operasi pembebasan Perancis bersama para sekutu.

Selain itu, ia juga mengoordinasi pasukan resistance, sebuah kelompok masyarakat sipil yang melakukan pemberontakan terhadap Jerman.

Baca juga: La Resistance, Gerakan Pemberontak di Perancis

Kala itu, jumlah resistance di Perancis cukup banyak berdasarkan latar belakang masing-masing anggotanya sehingga tidak adanya kesatuan gerakan di antaranya.

Charles de Gaulle kala itu berhasil menggabungkan kelompok resistance ke dalam sebuah organisasi tunggal Mouvement Uni de Résistance (MUR).

Pemberontak ini nantinya memiliki peran penting dalam membantu operasi sekutu yang menyerbu Perancis dan membebaskan Paris sebagai basis Jerman.

Baca juga: Upaya Sekutu Membebaskan Normandia dari Jerman

Mendirikan pemerintahan sementara

Ketika Jerman telah menyerahkan Paris kepada rakyat Perancis pada 25 Agustus 1944, De Gaulle kemudian mendirikan pemerintahan sementara Perancis.

Kepemimpinannya dalam pemerintahan sementara ini tidak berlangsung lama. Pada 20 Januari 1946, ia mengundurkan diri.

Pengunduran diri ini didasari atas kekesalannya terhadap aliran partai politik yang memebntuk koalisi berhaluan komunis di bawah bayang-bayang Moskow.

Sejak mundur, ia kemudian menjadi oposisi pemerintahan baru yang dilantik pada November 1946.

Ia juga sempat menggalang masa opsisi bernama Rassemblement du Peuple Français (RPF), tetapi bubar pada 1955.

Baca juga: Revolusi Perancis: Penyebab, Dampak, dan Pengaruh Terhadap Indonesia 

Menjadi presiden 

Adanya peristiwa perang saudara di Perancis pada Mei 1958 dengan sendirinya membuka peluang bagi De Gaulle untuk tampil sebagai presiden pada Desember 1958.

PR besar yang dihadapi De Gaulle adalah memecahkan masalah perang saudara di negerinya, khususnya kolonial Al Jazair.

Pada 1961, ia dipercaya lagi menjadi presiden dan memiliki ambisi untuk menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara lain.

Atas nama Perancis, ia mendeklarasikan pengakuannya atas kemerdekaan Republik Rakyat Tiongkok dan beberapa politik internasional lainnya.

Karier politik De Gaulle benar-benar selesai pada 1969 tatkala ia kalah dalam referendum parlemen.

Baca juga: Riwayat Presiden Turki dari Masa ke Masa

Akhir hayat

Setelah kelahannya dalam referensum tahun 1969, De Gaulle memutuskan pensiun dari politik dan kembali ke Colombey-les-deux-Églises.

Di sana, ia melanjutkan hobi menulisnya hingga menghasilkan beberapa memoar, di antaranya L'Appel 1940–1942 (1954; The Call to Honour, 1940–1942 ) , L'Unité, 1942–1944 (1956; Unity, 1942–1944 ), dan Le Salut, 1944–1946 (1959; Salvation, 1944–1946 ).

Tidak lama setelah mengundurkan diri dari dunia politik, ia meninggal karena serangan jantung pada 1970.

Baca juga: Mengapa Hitler Kalah di Perang Dunia II?

Referensi:

  • Kartika. (2008). Pembebasan Prancis 6 Juni-25 Agustus 1944: dari pendaratan di normandia hingga pembebasan Paris. (Skripsi: Universitas Indonesia).
  • Acar, DM (2023, 20 Juni). Charles de Gaulle . Ensiklopedia Britannica . https://www.britannica.com/biography/Charles-de-Gaulle-president-of-France.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com