Setiap golongan saling mengusung pemikiran-pemikiran hebat untuk Indonesia.
Namun, hal itu berakibat pada persaingan golongan yang membuat banyak program yang tidak tuntas.
Hal demikian ini dapat diamati dari umur pendek setiap kabinet yang menjalankan roda pemerintahan pada masa Demokrasi Parlementer 1950-1959.
Baca juga: Latar Belakang Timbulnya Pemberontakan pada Orde Lama
Ekonomi Indonesia pada masa Orde Lama juga tidak stabil meskipun beberapa kebijakan telah dilangsungkan.
Ketidakstabilan ini semakin meningkat pada tahun-tahun akhir pemerintahan Orde Baru, tepatnya sejak 1961 yang mengalami hiperinflasi.
Dikutip dari Ekonomi Indonesia dalam Lintasan Sejarah yang ditulis oleh Prof. Boediono, inflasi kala itu berada di kisaran 100%.
Hal itu yang membuat rakyat kehilangan kepercayaan memegang uang dan berduyun-duyun membelanjakan uang sebelum nilainya makin anjlok.
Baca juga: Sejarah Perkembangan Sistem Ekonomi Indonesia
Ideologi yang berkembang dalam kelompok-kelompok masa itu adalah nasionalis, komunis, dan agamis.
Ketiga ideologi ini saling menentang satu sama lain dan diklaim sebagai ideologi pemerintahan yang paling tepat untuk Indonesia.
Pertentangan ini bukan saja dalam pikiran, tetapi juga berlangsung di tataran politik pemerintahan kala itu sehingga mengakibatkan ketidakstabilan politik Orde Lama.
Pada tahun 1949 dengan dalih melerai pertentangan politik, Soekarno mengeluarkan dekrit monumental pada tanggal 5 Juli yang menandai fase Demokrasi Terpimpin yang cenderung otoriter.
Dekrit tersebut salah satunya berisi perintah pembubaran konstituante yang terpilih dalam pemilu 1955 dan mendirikan konstitusi baru yang dipilih sendiri oleh Soekarno.
Sistem demikian ini melahirkan pro dan kontra di kalangan politikus Indonesia kala itu dan diwarnai kebijakan pembubaran Partai Masyumi.
Baca juga: Dekrit Presiden 5 Juli 1959: Latar Belakang, Isi, Tujuan, dan Dampak
Referensi: