Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Konflik Sampit

Kompas.com - 17/06/2023, 08:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

Adat orang Madura yang terbiasa membawa parang atau celurit ke mana pun membuat orang Dayak berpikiran mereka ingin menyerang.

Pada pertengahan Desember 2000, bentrokan antara etnis Dayak dan Madura kembali terjadi di Desa Kereng Pengi, yang membuat keduanya kembali bersitegang.

Ketegangan semakin memuncak setelah terjadi perkelahian di sebuah tempat hiburan di desa pertambangan emas Ampalit.

Pasalnya, seorang etnis Dayak yang bernama Sandong tewas akibat luka bacok.

Dua hari setelah peristiwa ini terjadi, sebanyak 300 orang Dayak datang ke lokasi tewasnya Sandong untuk mencari pelaku, tetapi gagal.

Untuk melampiaskan amarah, kelompok warga Dayak merusak sembilan rumah, dua mobil, lima motor, dan dua tempat karaoke milik warga Madura.

Baca juga: Dampak Konflik Sampit

Penyelesaian

Pada 18 Februari 2001, suku Dayak berhasil menguasai Sampit.

Disebutkan bahwa polisi telah menahan salah seorang pejabat lokal yang diduga menjadi dalang di balik peristiwa ini.

Orang tersebut diduga telah membayar enam orang untuk memprovokasi kerusuhan di Sampit.

Kemudian, ribuan warga Dayak mengepung kantor polisi di Palangka Raya sembari meminta mereka membebaskan para tahanan.

Untuk meredam kerusuhan, pada 28 Februari 2001, polisi mengabulkan permintaan mereka.

Pada akhirnya, Konflik Sampit mulai mereda setelah pemerintah meningkatkan keamanan, mengevakuasi warga, dan menangkap para provokator.

Dari Konflik Sampit ini, setidaknya 100 warga Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.

Untuk mengakhiri konflik ini, dibuat perjanjian damai antara suku Dayak dan Madura.

Kemudian dibentuk pula sebuah tugu perdamaian di Sampit.

 

Referensi:

  • Patji, Abdul Rachman. (2003). Tragedi Sampit 2001 dan Imbasnya ke Palangka Raya (Dari Konflik ke Rekonstruksi). Jurnal Masyarakat dan Budaya. Vol. 5, No. 2 tahun 2003.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com