Pada 1897 hingga 1898, wilayah China Utara mengalami bencana kekeringan yang membuat para petani kehilangan sumber penghidupannya.
Ketidakstabilan negara yang dipercaya disebabkan oleh bangsa asing, mendorong para petani yang memiliki latar belakang bela diri tradisional untuk menggalang gerakan pemberontakan.
Pada mulanya pemberontakan berlangsung di wilayah Provinsi Chi-Li yang sekarang merupakan wilayah Hebei dan Beijing.
Pemberontakan memuncak pada tahun 1900, ketika China bagian utara mengalami kekeringan panjang dan dahsyat.
Para pemberontak yang kemudian disebut oleh bangsa Barat sebagai orang Boxer, menyebarkan selebaran yang berisi ajakan untuk membunuh semua orang asing dan orang China yang berkaitan dengan bangsa asing.
Motif agama juga muncul dalam pemberontakan. Mereka mengatakan bahwa dewa akan mengakhiri bencana kekeringan apabila orang asing telah dimusnahkan.
Baca juga: Revolusi China 1911-1912
Sebelum memulai aksinya, orang-orang Boxer melakukan ritual dan seni bela diri yang mereka yakini akan memberi kemampuan kebal terhadap peluru dan bentuk serangan lainnya.
Orang Barat menyebut ritual ini sebagai tinju bayangan, yang mengarah ke julukan Boxer.
Aksi dimulai dengan penyerangan kelompok Boxer terhadap para misionaris China dan asing, serta semua orang Barat dan Jepang yang ada di China Utara.
Pemberontakan Boxer mendapat dukungan dari Dinasti Qing yang kala itu juga sudah muak dengan orang-orang asing di negaranya.
Aksi meluas ke beberapa daerah, di mana orang-orang Boxer menghadapi pasukan militer asing, khususnya Inggris.
Pada 13 Juni 1900, Kota Beijing telah dikepung. Banyak gereja dan stasiun kereta api diporak-porandakan, sementara orang-orang di sebuah pemukiman asing dibantai habis.
Tidak lama kemudian, para pemberontak menyerbu markas resmi diplomat asing di Beijing, dan membunuh seorang menteri berkebangsaan Jerman.
Baca juga: Menelusuri Sejarah Awal Masuknya Masyarakat Tionghoa di Indonesia
Orang-orang Barat yang kian terdesak meminta bantuan pasukan kepada aliansi asal mereka. Pada pertengahan Agustus 1900, sekitar 19.000 tentara sekutu Inggris tiba di China.
Ada delapan negara yang kala itu beraliansi untuk meredam Pemberontakan Boxer, yaitu Jepang, Italia, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Austria-Hongaria, Jerman, dan Rusia.
Bantuan pasukan dari aliansi negara-negara Barat tersebut mampu meredam pemberontakan yang telah berlangsung berminggu-minggu.
Pemberontakan Boxer secara resmi berakhir dengan penandatanganan Protokol Boxer pada 7 September 1901.
Referensi: