Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pemberontakan Boxer, Gerakan Petani China Mengusir Bangsa Asing

Istilah “Boxer” digunakan oleh akademisi Barat untuk menyebut masyarakat yang tergabung dalam kelompok militan Yihe Quan.

Secara spesifik, pengambilan istilah Boxer dilatarbelakangi oleh keberadaan para pemuda yang ahli bela diri dalam kelompok dan pemberontakan tersebut.

Setidaknya terdapat tiga penyebab umum terjadinya Pemberontakan Boxer, yakni kemiskinan, sentimen agama, dan imperialisme Barat.

Berikut sejarah Pemberontakan Boxer di China.

Latar belakang Pemberontakan Boxer

Terjadinya Pemberontakan Boxer disebabkan oleh masalah sosial, politik, ekonomi, dan agama, yang kompleks di Provinsi Shandong, China Utara pada abad ke-19.

Pada akhir Perang Candu antara China dan Inggris, dua negara menandatangani Perjanjian Nanking pada 1842, yang memaksa China untuk membuka ruang ekonomi melalui pelabuhannya.

Praktik ekonomi Inggris di China kemudian diikuti oleh negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Perancis, Jerman, dan Jepang.

Dibukanya ruang ekonomi tersebut mengakibatkan negara-negara Barat mendominasi perekonomian China di bawah Dinasti Qing, khususnya di daerah utara seperti Provinsi Shandong.

Hal itu telah memicu serangkaian pemberontakan terhadap bangsa asing sejak 1840-an, yang memakan jutaan jiwa.

Pengaruh Barat yang terus berlanjut untuk mengeruk kekayaan China, diyakini menjadi penyebab rakyat China menjadi miskin.

Sentimen anti asing pun memuncak ketika rakyat China menganggap para misionaris Amerika Serikat yang melakukan kristenisasi di wilayah Shandong, merusak tatanan budaya leluhur mereka.

Mereka menganggap bahwa misi kristenisasi adalah bentuk lain dari imperialisme dan kolonialisme.

Pada 1889, Kaisar Guangxu menginisiasi reformasi rakyat untuk mengatasi kondisi negara yang semakin tidak stabil.

Sayangnya reformasi tersebut gagal, yang membuat kebencian rakyat terhadap bangsa asing memuncak dan memicu Pemberontakan Boxer.

Kapan terjadi Perang Boxer?

Pada 1897 hingga 1898, wilayah China Utara mengalami bencana kekeringan yang membuat para petani kehilangan sumber penghidupannya.

Ketidakstabilan negara yang dipercaya disebabkan oleh bangsa asing, mendorong para petani yang memiliki latar belakang bela diri tradisional untuk menggalang gerakan pemberontakan.

Pada mulanya pemberontakan berlangsung di wilayah Provinsi Chi-Li yang sekarang merupakan wilayah Hebei dan Beijing.

Pemberontakan memuncak pada tahun 1900, ketika China bagian utara mengalami kekeringan panjang dan dahsyat.

Para pemberontak yang kemudian disebut oleh bangsa Barat sebagai orang Boxer, menyebarkan selebaran yang berisi ajakan untuk membunuh semua orang asing dan orang China yang berkaitan dengan bangsa asing.

Motif agama juga muncul dalam pemberontakan. Mereka mengatakan bahwa dewa akan mengakhiri bencana kekeringan apabila orang asing telah dimusnahkan.

Sebelum memulai aksinya, orang-orang Boxer melakukan ritual dan seni bela diri yang mereka yakini akan memberi kemampuan kebal terhadap peluru dan bentuk serangan lainnya.

Orang Barat menyebut ritual ini sebagai tinju bayangan, yang mengarah ke julukan Boxer.

Aksi dimulai dengan penyerangan kelompok Boxer terhadap para misionaris China dan asing, serta semua orang Barat dan Jepang yang ada di China Utara.

Pemberontakan Boxer mendapat dukungan dari Dinasti Qing yang kala itu juga sudah muak dengan orang-orang asing di negaranya.

Aksi meluas ke beberapa daerah, di mana orang-orang Boxer menghadapi pasukan militer asing, khususnya Inggris.

Pada 13 Juni 1900, Kota Beijing telah dikepung. Banyak gereja dan stasiun kereta api diporak-porandakan, sementara orang-orang di sebuah pemukiman asing dibantai habis.

Tidak lama kemudian, para pemberontak menyerbu markas resmi diplomat asing di Beijing, dan membunuh seorang menteri berkebangsaan Jerman.

Akhir Pemberontakan Boxer

Orang-orang Barat yang kian terdesak meminta bantuan pasukan kepada aliansi asal mereka. Pada pertengahan Agustus 1900, sekitar 19.000 tentara sekutu Inggris tiba di China.

Ada delapan negara yang kala itu beraliansi untuk meredam Pemberontakan Boxer, yaitu Jepang, Italia, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Austria-Hongaria, Jerman, dan Rusia.

Bantuan pasukan dari aliansi negara-negara Barat tersebut mampu meredam pemberontakan yang telah berlangsung berminggu-minggu.

Pemberontakan Boxer secara resmi berakhir dengan penandatanganan Protokol Boxer pada 7 September 1901.

 

Referensi:

  • Lestari, N. I. (2021). Pemberontakan Boxer Sebagai Gerakan Anti Bangsa Asing 1899-1901. Repository repository.lppm.unila.ac.id.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/05/24/110000579/pemberontakan-boxer-gerakan-petani-china-mengusir-bangsa-asing

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke