KOMPAS.com - Blitzkrieg merupakan salah satu metode peperangan yang digunakan dalam Perang Dunia II (1939-1945).
Strategi Perang Dunia II ini diperkenalkan oleh Jerman sejak awal pertempuran.
Blitzkrieg adalah serangan kilat dan terfokus menggunakan gabungan pasukan yang terus bergerak dan didukung oleh mesin-mesin perang.
Perang kilat terbukti mampu menggilas lawan-lawan Jerman tanpa kehilangan banyak tentara ataupun artileri.
Kecepatan dan ketepatan Blitzkrieg sempat membuat Polandia, Norwegia, Belgia, Belanda, juga Perancis, tercengang dan tidak dapat berkutik.
Terlepas dari kehebatan Blitzkrieg, strategi ini tidak cukup membawa Jerman memenangi Perang Dunia II.
Baca juga: Gestapo, Polisi Rahasia Nazi Jerman
Blitzkrieg merupakan Bahasa Jerman, yang berarti perang kilat.
Strategi inilah yang digunakan Jerman untuk menghindari perang panjang pada awal Perang Dunia II.
Belajar dari kekalahan pada Perang Dunia I (1914-1918), para petinggi militer Jerman menyusun strategi peperangan yang baru.
Blitzkrieg adalah taktik militer baru yang belum pernah dipraktikkan sebelumnya. Strategi ini terinspirasi dari pemikiran jenderal Prusia abad ke-19, Carl von Clausewitz.
Clausewitz menginisiasi "prinsip konsentrasi", yang berarti memusatkan kekuatan melawan musuh dan melakukan serangan terhadap target yang dipilih dengan penuh perhitungan.
Strategi ini dirasa lebih efektif daripada membagi pasukan ke beberapa target sekaligus.
Baca juga: Hubungan Jerman dan Jepang pada Masa Perang Dunia II
Setelah berkuasa di Jerman, Adolf Hitler memperjelas niatnya untuk mempersenjatai negara dan memberikan dukungan kepada para komandan muda seperti Heinz Guderian.
Heinz Guderian inilah yang dikenal sebagai tokoh yang menciptakan Bliztkrieg.
Serangan kilat Bliztkrieg sejatinya mirip dengan strategi Jerman pada awal Perang Dunia I.