Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peran Aktif Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika

Kompas.com - 18/01/2023, 14:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Konferensi Asia Afrika (KAA) merupakan konferensi tingkat tinggi yang beranggotakan negara-negara di Asia dan Afrika.

Konferensi yang berlangsung antara 18 April hingga 24 April 1955 ini dihadiri oleh 29 negara.

Umumnya, negara-negara yang hadir dalam KAA merupakan negara yang baru merdeka.

Indonesia punya peran penting dalam pembentukan Konferensi Asia Afrika.

Apa peranan Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika?

Baca juga: Manfaat KAA bagi Dunia dan Indonesia

Pemrakarsa KAA

Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) digagas oleh lima negara, yakni Indonesia, Myanmar, Sri Lanka, India, dan Pakistan.

Lahirnya KAA dilatarbelakangi oleh keprihatinan akan situasi dunia setelah berakhirnya Perang Dunia II pada 1945, yang segera memasuki Perang Dingin (1947-1991).

Pada masa Perang Dingin, konstelasi politik dunia terbagi menjadi dua, yakni Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet.

Perang Dingin yang awalnya didasari oleh perbedaan ideologi antara kapitalis dan komunis, berlanjut dalam persaingan di bidang persenjataan, teknologi luar angkasa, hingga pembentukan pakta pertahanan.

Baca juga: Peristiwa yang Menandai Berakhirnya Perang Dingin

Saat itu, penjajahan juga masih berlangsung di beberapa negara dan perang saudara atau perang antarnegara sering kali diboncengi kepentingan AS dan Uni Soviet yang saling berebut pengaruh.

Beberapa negara di Asia dan Afrika pun menjadi ajang persaingan kedua blok tersebut.

Berangkat dari permasalahan itu, Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo di depan Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS) pada 25 Agustus 1953 menyampaikan perlunya pemerintah Indonesia untuk ikut meredakan ketegangan dunia dengan bekerja sama dengan negara-negara di Asia da Afrika.

Alasannya, keadaan dan kedudukan negara-negara di Asia dan Afrika saat itu cenderung sama dengan Indonesia, yang juga terkena pengaruh Perang Dingin.

Menindaklanjuti gagasan itu, diselenggarakan Konferensi Kolombo di Sri Lanka pada 28 April hingga 2 Mei 1954.

Konferensi tersebut dihadiri oleh Ali Sastroamidjojo (Indonesia), Sir John Kotelawala (Sri Lanka), U Nu (Myanmar), Jawaharlal Nehru (India), dan Mohammed Ali (Pakistan).

Dalam pertemuan ini, Ali Sastroamidjojo mengusulkan agar diadakan pertemuan lebih luas antara negara-negara di Asia dan Afrika.

Baca juga: Tokoh yang Memprakarsai Konferensi Asia Afrika (KAA)

Panitia KAA

Salah satu kesepakatan Konferensi Kolombo adalah menugaskan Indonesia menjajaki kemungkinan diadakannya konferensi antara negara-negara di Asia dan Afrika, yang nantinya dikenal sebagai Konferensi Asia Afrika (KAA).

Pemerintah Indonesia selanjutnya melakukan pendekatan diplomatik kepada 18 negara di Asia dan Afrika untuk mengetahui pendapat mereka terhadap ide diselenggarakannya KAA.

Secara umum, negara-negara tersebut setuju dan mendukung KAA.

Hal itu disampaikan oleh Ali Sastroamidjojo dalam kunjungannya ke India pada September 1954.

Dalam kesempatan itu, Ali Sastroamidjojo juga mendesak agar kelima negara yang hadir dalam Konferensi Kolombo menggelar pertemuan lanjutan.

Setelah serangkaian pertemuan yang dilakukan Indonesia, kelima negara peserta Konferensi Kolombo menggelar konferensi di Bogor, Jawa Barat, pada 28-31 Desember 1954.

Baca juga: Konferensi Asia di New Delhi: Latar Belakang, Tuntutan, dan Hasil

Pertemuan yang disebut Konferensi Panca Negara atau Konferensi Bogor itu membicarakan persiapan pelaksanaan KAA.

Konferensi Bogor menghasilkan beberapa putusan, termasuk menetapkan 25 negara di Asia dan Afrika yang akan diundang dalam KAA.

Selain itu, lima negara yang memprakarsai KAA juga akan menjadi negara sponsor.

Selama persiapan pelaksanaan KAA, dibentuk berbagai panitia pelaksana yang diwakili oleh negara-negara penyelenggara.

Beberapa panitia yang dibentuk di antaranya Sekretariat Bersama, Komite Politik, Komite Ekonomi, Komite Sosial, Komite Kebudayaan, serta panitia-panitia yang menangani bidang keuangan, perlengkapan, pers, dan sebagainya.

Beberapa tokoh Indonesia yang menjadi panitia KAA di antaranya:

  • Ali Sastroamidjojo (Ketua Konferensi)
  • Ir Rooseno (Ketua Komite Ekonomi)
  • Moh Yamin (Ketua Komite Kebudayaan)
  • Roeslan Abdul Gani (Sekretaris Jenderal)

Baca juga: Dasasila Bandung, Hasil Konferensi Asia-Afrika

Tuan rumah KAA

Suasana saat Konferensi Asia Afrika (KAA) berlangsung di Bandung, Jawa Barat.Wikimedia Commons Suasana saat Konferensi Asia Afrika (KAA) berlangsung di Bandung, Jawa Barat.
Konferensi Bogor juga menetapkan Indonesia sebagai negara tuan rumah Konferensi Asia Afrika.

Konferensi Asia Afrika dilaksanakan pada masa Kabinet Ali Sastroamidjojo, tepatnya pada 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka di Bandung, Jawa Barat.

Karena itu, Konferensi Asia Afrika juga disebut Konferensi Bandung.

Selama sekitar tujuh hari pertemuan, negara-negara peserta KAA membicarakan masalah terkait kepentingan bersama negara-negara di Asia dan Afrika, terutama kerja sama ekonomi dan kebudayaan, juga masalah kolonialisme dan perdamaian dunia.

Hasil dari KAA adalah 10 prinsip yang kemudian dikenal sebagai Dasasila Bandung.

Dasasila Bandung pada prinsipnya sangat menjunjung tinggi hak dasar manusia, integritas dan kedaulatan negara, persamaan hak semua suku dan bangsa, dan asas kebersamaan.

 

Referensi:

  • ANRI. (2012). Guide Arsip Konferensi Asia-Afrika Tahun 1955. Jakarta: Direktorat Pengolahan Deputi Bidang Konservasi Arsip ANRI.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Peran Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Peran Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Stori
Sejarah Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung

Sejarah Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung

Stori
Sejarah Penemuan Angka Romawi

Sejarah Penemuan Angka Romawi

Stori
7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

Stori
Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Stori
7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

Stori
Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Stori
Sejarah Pura Luhur Batukaru di Tabanan

Sejarah Pura Luhur Batukaru di Tabanan

Stori
Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah di Andalusia

Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah di Andalusia

Stori
Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah di Damaskus

Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah di Damaskus

Stori
Kehidupan Ekonomi Manusia pada Masa Bercocok Tanam

Kehidupan Ekonomi Manusia pada Masa Bercocok Tanam

Stori
Latar Belakang Lahirnya Sumpah Pemuda

Latar Belakang Lahirnya Sumpah Pemuda

Stori
Prasangka dalam Keberagaman

Prasangka dalam Keberagaman

Stori
Sejarah Kedatangan Jepang ke Pulau Jawa

Sejarah Kedatangan Jepang ke Pulau Jawa

Stori
Kenapa Khalifah Al-Adil I Dijuluki Pedang Iman?

Kenapa Khalifah Al-Adil I Dijuluki Pedang Iman?

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com