Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prasasti Anjuk Ladang, Asal Muasal Nama Nganjuk

Kompas.com - 19/12/2022, 22:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Prasasti Anjuk Ladang adalah salah satu peninggalan Kerajaan Medang atau Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Timur.

Prasasti ini dikeluarkan oleh Mpu Sindok, pendiri Dinasti Isyana sekaligus raja yang memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.

Prasasti Anjuk Ladang tidak hanya menjadi bukti keberadaan Kerajaan Medang, tetapi menjadi sumber sejarah yang penting bagi Kabupaten Nganjuk di Jawa Timur.

Prasasti Anjuk Ladang ditemukan di dekat reruntuhan Candi Lor di Desa Candirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk.

Karena itu, prasasti ini juga kerap disebut sebagai Prasasti Candi Lor.

Saat ini, Prasasti Anjuk Ladang telah dipindahkan ke Museum Nasional di Jakarta dengan nomor inventaris D 59.

Baca juga: Prasasti Ramwi: Lokasi Penemuan dan Isinya

Isi Prasasti Anjuk Ladang

Prasasti Anjuk Ladang terbuat dari batu andesit berukuran sangat besar, dengan panjang 1 meter, lebar 0,8 meter, dan tinggi mencapai 2,1 meter.

Dengan ukuran batu begitu besar, isi prasasti ini juga sangat panjang, yang terpahat pada sisi depan sekaligus belakang.

Pada bagian depan terdapat 49 baris isi, sementara bagian belakang memuat 36 baris tulisan.

Isi Prasasti Anjuk Ladang ditulis menggunakan aksara dan bahasa Jawa Kuno.

Meski isinya sangat panjang, beberapa pahatannya mulai aus termakan usia sehingga tidak semua tulisannya dapat terbaca.

Baca juga: Prasasti Munggu Antan, Pilar Batu dari Zaman Mataram Kuno

Pada bagian atas sisi depan prasasti, terdapat pahatan bergambar cakra, naga, dan sangkha bersayap yang merupakan gambar-gambar bermakna tanggal 12 bulan Caitra tahun 859 Saka atau 10 April 937 Masehi.

Dapat disimpulkan bahwa Prasasti Anjuk Ladang dikeluarkan pada tahun 937 Masehi.

Dari tulisan yang masih dapat terbaca, diketahui bahwa Prasasti Anjuk Ladang dikeluarkan atas perintah Mpu Sindok, yang bergelar lengkap Sri Maharaja Mpu Sindok Sri Isyana Wikrama Dharmottunggadewa.

Perintah raja tersebut diturunkan kepada Rakryan Hino Mpu Sahasra dan Rakryan Wka Mpu Baliswara, kemudian diteruskan ke pejabat yang lebih rendah, yakni Rakai Kanuruhan Mpu Da.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com