Secara umum, Prasasti Anjuk Ladang berisi tentang perintah dari Mpu Sindok agar sebidang sawah di Anjuk Ladang ditetapkan sebagai sima (wilayah bebas pajak) untuk dipersembahkan kepada Bhatara di Sang Hyang Prasada Kabhaktyan (bangunan suci) Sri Jayamrta.
Pemberian itu adalah anugrah raja kepada pejabat desa Anjuk Ladang yang telah berjasa ikut memerangi musuh. Di dekat bangunan suci dipancangkan jayastambha (tugu kemenangan).
Para ahli menduga bahwa bangunan suci Sri Jayamrta adalah Candi Lor, sementara jayastambha atau tugu kemenangan yang dimaksud adalah Prasasti Anjuk Ladang.
Baca juga: Prasasti Kayumwungan: Lokasi Penemuan dan Isinya
Prasasti Anjuk Ladang merupakan salah satu prasasti terbesar yang dikeluarkan ketika Mpu Sindok memerintah Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Timur atau Kerajaan Medang.
Kata Anjuk dalam prasasti ini diduga menjadi asal nama Nganjuk.
Melansir laman resmi Kemdikbud, perubahan kata "anjuk" menjadi "nganjuk" merupakan hasil proses perubahan morfologi bahasa yang menjadi ciri dan struktural bahasa Jawa.
Perubahan itu terjadi karena adanya kebiasaan menambah konsonan sengau "ng" pada lingga kata yang diawali dengan suara vokal yang menunjukkan tempat.
Baca juga: Prasasti Siwagrha, Bukti Sejarah Candi Prambanan
Menurut J.G. de Casparis, Anjuk Ladang merupakan dua kata yang masing-masing mempunyai makna, anjuk yaitu tinggi atau dalam arti simbolis adalah kemenangan yang gemilang dan ladang berarti tanah.
Dengan begitu, Anjuk Ladang berarti tanah kemenangan. Selain menjadi asal penamaan Nganjuk, prasasti ini juga dijadikan acuan dalam menetapkan Hari Jadi Nganjuk.
Tanggal 10 April 937 Masehi yang terpahat pada Prasasti Anjuk Ladang, kini diperingati sebagai Hari Jadi Nganjuk.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.