Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Candi Kalasan: Letak, Fungsi, dan Keistimewaannya

Kompas.com - 10/12/2022, 12:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Candi Kalasan adalah salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang ada di Yogyakarta.

Candi ini terletak di Dusun Kalibening, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Candi Kalasan bercorak Buddha, yang dibangun sebagai tempat pemujaan Dewi Tara.

Baca juga: Candi Lumbung Sengi, Dipindah untuk Diselamatkan

Sejarah Candi Kalasan

Sejarah Candi Kalasan dapat diketahui dari Prasasti Kalasan yang saat ini disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta.

Sebelum dipindahkan ke Museum Nasional Indonesia, Prasasti Kalasan dulunya ditemukan di dekat bangunan Candi Kalasan.

Prasasti Kalasan menyebut bahwa para guru atau pendeta raja Sailendrawamsatilaka (Syailendra) memohon kepada Maharaja Dyah Pancapana Kariyana Panamkarana (Rakai Panangkaran) untuk mendirikan arca dan bangunan suci untuk pemujaan Dewi Tara, serta sebuah biara untuk para pendeta kerajaan yang fasih pengetahuannya akan Mahayana Winaya.

Menurut para ahli, bangunan suci yang dimaksud adalah Candi Kalasan.

Dari kalimat tersebut juga dapat diketahui bahwa fungsi Candi Kalasan adalah sebagai tempat pemujaan Dewi Tara.

Permohonan para pendeta Buddha dikabulkan oleh Rakai Panangkaran dan pada 700 Saka (778/779 Masehi), bangunan suci untuk Dewi Tara selesai didirikan.

Dapat disimpulkan bahwa atas izin Raja Rakai Panangkaran yang memerintah Kerajaan Mataram Kuno, Candi Kalasan dibangun pada sekitar tahun 778 Masehi.

Baca juga: Sejarah Candi Pendem di Lereng Gunung Merapi

Keistimewaan Candi Kalasan

Candi Kalasan memiliki ukuran alas 45 x 45 meter, dengan tinggi sekitar 24 meter. Tinggi candi tersebut terdiri dari tiga bagian, yakni kaki, tubuh, dan atap.

Pada sisi luar kaki candi, terdapat relief jambangan yang mengeluarkan bunga-bunga dan sulur-suluran sebagai lambang keberuntungan dan kebahagiaan.

Di sisi selatan, terdapat hiasan kepala kala yang cukup besar dengan jengger berbentuk segitiga yang dihiasi dengan berbagai ornamen.

Hiasan kala tersebut dipadupadankan dengan makara (relief menyerupai bentuk binatang) yang melengkung ke bawah.

Di bagian tubuh Candi Kalasan terdapat relung-relung yang dulu kemungkinan terdapat arca.

Pasalnya, dalam relung bagian atap tampak beberapa arca Buddha yang melukiskan para Dhyani Buddha.

Arca pada sisi luar candi hanya berupa relief dalam posisi berdiri dan memegang bunga teratai.

Baca juga: Candi Asu: Sejarah Penamaan, Letak, dan Fungsinya

Keadaan bagian atap Candi Kalasan sudah sangat rusak, tetapi dulunya diduga memiliki pusat atab berupa stupa besar.

Di sekeliling bangunan utama Candi Kalasan, terdapat sisa-sisa stupa kecil yang dulunya berjumlah sekitar 52 buah.

Stupa-stupa yang kini tidak lagi utuh itu berfungsi sebagai tempat abu jenazah para pendeta Buddha yang telah meninggal.

Melansir Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta (BPCB DIY) dari laman Kemdikbud, Candi Kalasan memiliki ciri khas dibandingkan candi lain di Indonesia.

Salah satu ciri khas yang dimiliki adalah adanya sebuah batu berbentuk setengah lingkaran yang disebut moonstone (batu bulan), yang lazim terdapat pada kuil-kuil Buddha di India Selatan.

Keberadaan moonstone tersebut berada tepat di depan tangga sisi timur.

Baca juga: Prasasti Siwagrha, Bukti Sejarah Candi Prambanan

Keistimewaan Candi Kalasan lainnya adalah memiliki pahatan ornamen yang dibuat dengan halus.

Salah satu yang khas adalah relief motif kertas tempel berupa ceplok bunga atau dedaunan.

Bagian dinding luar candi dilapisi lepa yang sangat kuat, yang oleh para arkeolog disebut dengan bajralepa, semacam plester bagi dinding candi yang melindungi dari pertumbuhan mikroorganisme sekaligus lapisan kedap air.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com