KOMPAS.com - Gerakan Assaat merupakan program ekonomi yang diinisiasi oleh Mr. Assaat pada 1956.
Tujuan dari program Assaat adalah meningkatkan produktivitas pengusaha pribumi dan melindungi mereka dari dominasi ekonomi asing serta keturunan China.
Gerakan ekonomi Assaat muncul setelah adanya nasionalisasi perusahaan Belanda pada 1950-an.
Dalam perkembangannya, program ekonomi Assaat menimbulkan diskriminasi terhadap keturunan China di Indonesia.
Baca juga: Sjafruddin Prawiranegara dan Assaat, Presiden Indonesia yang Kerap Terlupa
Hal itu kemudian menimbulkan permusuhan yang berakibat pada kerusuhan hingga kegagalan gerakan ekonomi Assaat.
Pembatalan kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB) menimbulkan permasalahan terkait modal Belanda di Indonesia.
Hal itu disebabkan Presiden Soekarno memerintahkan untuk menasionalisasi seluruh perusahaan Belanda atau mengambil alih aset Belanda di Indonesia.
Akan tetapi, di dalam kabinet Republik Indonesia (RI) terdapat penolakan terhadap wacana nasionalisasi perusahaan Belanda.
Oleh sebab itu, muncul kekhawatiran terhadap pemodal dari Belanda. Mereka kemudian menjual asetnya kepada pengusaha keturunan China di Indonesia.
Saat itu, keturunan China memiliki kekuatan yang besar di perekonomian Indonesia, bahkan mendominasinya.
Menanggapi persoalan itu, Mr. Assaat kemudian menyatakan perlunya pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan yang melindungi pengusaha nasional atau pribumi.
Pernyataan Mr. Assaat tersebut dikemukakan pada 19 Maret 1956 saat menghadiri Kongres Nasional Importir Indonesia di Surabaya.
Kekhawatiran dominasi etnis keturunan China yang menguasai perekonomian Indonesia, membuat para pengusaha pribumi mencari jalan keluar untuk mengentaskan kesenjangan ekonomi.
Hal itu dilakukan oleh para penguasaha pribumi karena pemerintah belum bisa membuat keputusan yang tepat.
Oleh karena itu, dibentuklah suatu wadah atau organisasi perjuangan yang disebut dengan Badan Perjuangan Kensi.