Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keadaan Ekonomi Indonesia pada Akhir Kekuasaan Jepang

Kompas.com - 24/05/2022, 10:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Masa pendudukan Jepang di Indonesia berawal pada 1942, yang kemudian berakhir setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Setelah proklamasi, Indonesia berharap bahwa kondisi di negeri akan jauh lebih baik, terutama telah terlepas dari tangan para penjajah.

Akan tetapi, tidak dapat dihindari bahwa kondisi di Indonesia pada akhir pendudukan Jepang telah karut-marut, terutama keadaan perekonomiannya.

Lantas, bagaimana keadaan ekonomi Indonesia pada akhir kekuasaan Jepang?

Baca juga: Kondisi Ekonomi pada Masa Demokrasi Terpimpin

Inflasi yang sangat tinggi

Keadaan ekonomi Indonesia pada akhir kekuasaan Jepang dan pada awal berdirinya Republik Indonesia sangat kacau dan sulit.

Faktor utama penyebab terpuruknya ekonomi Indonesia saat itu adalah inflasi yang sangat tinggi, karena Indonesia masih belum punya mata uang sendiri.

Sementara itu, mata uang asing dan kas negara juga mengalami kekosongan.

Terjadinya inflasi yang tinggi juga dipicu oleh adanya peredaran mata uang Jepang yang masih tidak terkendali, sedangkan nilai tukarnya sangat rendah.

Pada saat itu, diperkirakan mata uang Jepang yang beredar mencapai Rp 4 miliar.

Dari jumlah tersebut, diperkirakan di Pulau Jawa saja mata uang Jepang yang beredar sebesar Rp 1,6 miliar.

Jumlah itu kian bertambah setelah Sekutu masuk ke Tanah Air, terutama ke kota-kota besar di Indonesia.

Sekutu juga menguasai bank-bank di Jawa, yang kemudian mengedarkan mata uang asing.

Baca juga: Mengapa Sekutu Datang ke Indonesia Setelah Perang Dunia II Selesai?

Sedangkan pemerintah Indonesia belum bisa melarang peredaran mata uang asing karena Indonesia belum memiliki mata uang sendiri.

Pemerintah Indonesia pada 1 Oktober 1945 menetapkan berlakunya mata uang bersama di wilayah Republik Indonesia, yaitu uang De Javasche Bank, uang Hindia Belanda dan uang Jepang.

Dari De Javasche Bank (DJB) inilah, Sekutu mengeluarkan uang sebesar Rp 2,3 miliar. Kelompok yang paling menderita akibat inflasi adalah petani.

Pasalnya, pada masa pendudukan Jepang, petani adalah produsen yang paling dibutuhkan sekaligus yang paling banyak menyimpan mata uang Jepang.

Baca juga: Penyebab Inflasi Setelah Proklamasi Kemerdekaan

Kas negara kosong

Selain inflasi, salah satu penyebab terpuruknya perekonomian Indonesia pada awal kemerdekaan adalah Jepang menggunakan uang kas negara untuk membeli senjata dan perlengkapan perang.

Itulah mengapa, kas negara menjadi kosong dan pada awal berdirinya negara Republik Indonesia keadaan perekonomian sangat kacau, yang bertambah parah setelah Belanda kembali masuk.

Kemudian, pajak serta bea cukai yang masuk ke Indonesia juga sangat berkurang sehingga pendapatan pemerintah Indonesia mengalami ketidakseimbangan dengan pengeluarannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Kompas.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com