Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rama Ratu Jaya, Pemimpin Perlawanan Petani di Tanah Partikelir

Kompas.com - 30/06/2022, 09:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Dari mereka, yang paling mendukung ide Rama adalah Kolot, yang juga berasal dari Cirebon.

Pada 1868, Rama dan Kolot bertemu dengan Raja Jawa di Solo dalam rangka mempelajari tentang ilmu kepemilikan tanah.

Baca juga: Sultan Khairun, Pelopor Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis

Sepulangnya dari Keraton Solo, Rama berniat mengadakan pemberontakan tanah-tanah partikelir di sekitar Cisadane dan Citarum.

Ia pun mengumumkan rencana tersebut di rumahnya dan saat itu juga pembagian tanah yang akan direbut langsung ditentukan.

Menurut Rama, tanah-tanah yang akan direbut sebenarnya milik nenek moyang penduduk yang disewakan kepada VOC Belanda.

Beberapa waktu sebelum pemberontakan dimulai, Rama berdoa di makam keramat. Lalu, pada 3 April 1869, aksinya dimulai.

Di bawah pimpinan Rama, pata petani datang ke Batavia untuk menyerang Belanda dengan senjata seadanya.

Asisten Residen de Kuiper dan Kepala Polisi Maayer dari Belanda, yang mendengar kabar pemberontakan, mengupayakan perundingan dengan Rama dan kelompoknya.

Baca juga: Cara Belanda Menjadikan Jajahannya sebagai Tanah Air Kedua

Namun, Rama tidak menghiraukan dan tetap melanjutkan pemberontakan. Alhasil, sekitar 302 orang yang dianggap terlibat dalam pemberontakan ditangkap.

Sisanya disidangkan pada 29 September 1869, dan keputusannya adalah sebanyak 29 orang dihukum mati dan 19 orang dijatuhi hukuman kerja paksa selama 15 tahun.

Sementara itu, Rama, yang berperan sebagai pemimpin pemberontakan, sudah meninggal pada 27 September 1869, dua hari sebelum persidangan.

Sejak saat itu, ia dikenal sebagai Rama Ratu Jaya, tokoh pemberontakan terhadap Belanda dari Depok.

 

Referensi:

  • Matanasi, Petrik. (2009). Pemberontak Tak (Selalu) Salah: Seratus Pembangkangan di Nusantara. Yogyakarta: I:Boekoe.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com