Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rama Ratu Jaya, Pemimpin Perlawanan Petani di Tanah Partikelir

Kompas.com - 30/06/2022, 09:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rama Ratu Jaya adalah tokoh pejuang Betawi yang dengan gigih berusaha mengusir penjajah Belanda dari Tanah Air.

Ia merupakan penggagas gerakan merebut tanah partikelir dari tuan tanah, serta membebaskan para petani dari jeratan kekuasaan tuan tanah.

Tanah partikelir adalah tanah milik swasta yang dijual oleh unsur kolonial, di mana pembelinya memiliki hak sebagai tuan tanah atas wilayah, tenaga petani, dan pajak keduanya.

Menurut Rama, tanah-tanah partikelir yang ada di antara Sungai Citarum dan Cisadane sebenarnya adalah milik penduduk, bukan tuan tanah.

Berawal dari situ, Rama berusaha memberontak dan mencetuskan gagasan perlawanan terhadap tuan tanah.

Baca juga: Si Pitung, Pahlawan Legendaris dari Betawi

Gagasan pemberontakan

Nama asli Rama Ratu Jaya adalah Rama. Sedangkan Ratu Jaya diambil dari nama daerah di Depok, Jawa Barat.

Rama adalah seorang petualang asal Cirebon yang sudah lama tinggal di Leuwicatang, Bogor, Jawa Barat.

Ia kemudian dikenal sebagai penggagas gerakan untuk merebut tanah partikelir dari tuan tanah pada masa penjajahan Belanda.

Pasalnya, pada masa penjajahan Belanda, pemerintah kolonial menerapkan sistem tanam paksa dan menjual tanah pribumi.

Tanah-tanah tersebut atau tanah partikelir yang menjadi milik tuan tanah, membuat kehidupan para petani semakin sengsara.

Dari peristiwa ini, muncul keinginan di dalam diri Rama untuk memberontak kepada para tuan tanah.

Baca juga: Pemoeda Kaoem Betawi: Sejarah, Kiprah, dan Tokoh-tokohnya

Salah satu tanah partikelir yang diperjuangkan berlokasi di antara Sungai Citarum dan Cisadane.

Gagasan pembebasan tanah partikelir di antara kedua sungai tersebut terus terngiang di dalam pikiran Rama.

Keinginannya semakin bulat setelah ia pindah dari Leuwicatang ke kampung Ratu Jaya di Depok.

Jalannya pemberontakan

Sesampainya di Ratu Jaya, Rama berbincang dengan beberapa warga di sana, seperti Nata, Selan, Dris, dan Kolot.

Dari mereka, yang paling mendukung ide Rama adalah Kolot, yang juga berasal dari Cirebon.

Pada 1868, Rama dan Kolot bertemu dengan Raja Jawa di Solo dalam rangka mempelajari tentang ilmu kepemilikan tanah.

Baca juga: Sultan Khairun, Pelopor Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis

Sepulangnya dari Keraton Solo, Rama berniat mengadakan pemberontakan tanah-tanah partikelir di sekitar Cisadane dan Citarum.

Ia pun mengumumkan rencana tersebut di rumahnya dan saat itu juga pembagian tanah yang akan direbut langsung ditentukan.

Menurut Rama, tanah-tanah yang akan direbut sebenarnya milik nenek moyang penduduk yang disewakan kepada VOC Belanda.

Beberapa waktu sebelum pemberontakan dimulai, Rama berdoa di makam keramat. Lalu, pada 3 April 1869, aksinya dimulai.

Di bawah pimpinan Rama, pata petani datang ke Batavia untuk menyerang Belanda dengan senjata seadanya.

Asisten Residen de Kuiper dan Kepala Polisi Maayer dari Belanda, yang mendengar kabar pemberontakan, mengupayakan perundingan dengan Rama dan kelompoknya.

Baca juga: Cara Belanda Menjadikan Jajahannya sebagai Tanah Air Kedua

Namun, Rama tidak menghiraukan dan tetap melanjutkan pemberontakan. Alhasil, sekitar 302 orang yang dianggap terlibat dalam pemberontakan ditangkap.

Sisanya disidangkan pada 29 September 1869, dan keputusannya adalah sebanyak 29 orang dihukum mati dan 19 orang dijatuhi hukuman kerja paksa selama 15 tahun.

Sementara itu, Rama, yang berperan sebagai pemimpin pemberontakan, sudah meninggal pada 27 September 1869, dua hari sebelum persidangan.

Sejak saat itu, ia dikenal sebagai Rama Ratu Jaya, tokoh pemberontakan terhadap Belanda dari Depok.

 

Referensi:

  • Matanasi, Petrik. (2009). Pemberontak Tak (Selalu) Salah: Seratus Pembangkangan di Nusantara. Yogyakarta: I:Boekoe.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com