Akibatnya, para pengusaha gula mengalami kerugian besar karena tebu-tebu yang ditanam tidak bisa diolah menjadi gula.
Baca juga: Ketentuan Sistem Tanam Paksa
Selain penyakit serai pada tanaman tebu, para pengusaha gula di Indonesia juga dihadapkan pada permasalahan lain.
Salah satunya adalah munculnya ekspor gula bit dari Eropa. Gula bit adalah pemanis buatan yang terkenal kualitasnya dan harganya murah.
Munculnya penyakit serai dan ekspor gula bit memukul para pengusaha gula di Jawa saat itu.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, para pengusaha gula mengadakan pertemuan di Surabaya.
Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk membentuk suatu lembaga atau organisasi yang menangani permasalahan yang ada.
Lembaga tersebut dinamakan Algemeen Syndicaat van Suiker Fabrikanten in Nederlansdsch Indie (ASSI), yang dibentuk pada April 1894.
ASSI kemudian dikenal dengan nama Suiker Syndicaat. Selain karena permasalahan penyakit serai dan ekspor gula bit, lembaga ini dibentuk akibat turunnya bahan baku yang menyebabkan krisis malaise.
Baca juga: Baron van Hoevell, Penentang Sistem Tanam Paksa
Tugas lain dari Suiker Syndicaat adalah untuk meningkatkan kualitas produksi gula di Jawa.
Pembentukan Suiker Syndicaat pun mendapat dukungan berupa bantuan kredit dari De Javasche Bank atau Bank Jawa.
Untuk menangani penyakit serai dan meningkatkan kualitas produksi gula, Suiker Syndicat membangun sekolah gula di Surabaya yang bernama Bondssuiker School.
Di sekolah itu, para siswa difokuskan pada penelitian penyakit serai dan kualitas gula.
Pada 1895, Suiker Syndicaat mendapat bantuan dari Bank Jawa untuk membuka lahan sebagai penelitian di Pasuruan.
Lahan tersebut berada di bawah lembaga penelitian gula, Syndicaats Examenvoor Chemiker, yang didirikan oleh Suiker Syndicaat.
Baca juga: Penghapusan Sistem Tanam Paksa
Syndicaats Examenvoor Chemiker kemudian berkembang dan menjadi Proefstation Oost Java (POJ) pada 1917.