Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selokan Mataram, Kanal Irigasi Peninggalan Sultan Hamengkubuwono IX

Kompas.com - 31/03/2022, 09:00 WIB
Febi Nurul Safitri ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Kompas.com - Selokan Mataram atau Kanal Yashiro (bahasa Jepang) merupakan saluran irigasi yang menghubungkan Kali Progo dengan Kali Opak, di sebelah timur Yogyakarta. 

Kanal irigasi yang selesai dibuat pada tahun 1944 ini telah mengairi lahan pertanian seluas 15.734 hektar.

Apabila menilik sejarahnya, Selokan Mataram dibangun dari kerja keras Sri Sultan Hamengkubuwono IX dalam berdiplomasi dengan Jepang.

Saluran irigasi ini merupakan cara Sultan untuk menyelamatkan rakyatnya dari kekejaman Jepang, yang menerapkan Romusha atau kerja paksa saat menjajah Indonesia dari 1942 hingga 1945.

Baca juga: Apa Itu Romusha?

Sejarah pembangunan Selokan Mataram

Kedatangan Jepang di Indonesia pada 1942 mulanya disambut baik oleh rakyat Indonesia.

Terlebih lagi dengan adanya propaganda di mana Jepang mengaku sebagai pemimpin Asia, saudara tua Asia, dan pembebas bangsa-bangsa Asia dari penjajahan bangsa Barat.

Seiring berjalannya waktu, sifat asli Jepang terlihat. Mereka mulai memanfaatkan tenaga pribumi untuk Romusha (kerja paksa).

Tenaga rakyat Indonesia diperas untuk memenuhi kebutuhan mereka, utamanya untuk membantu Jepang melawan Sekutu dalam Perang Dunia II.

Melihat kondisi rakyat yang memprihatinkan akibat kebijakan Romusha, Sultan Hamengkubuwono IX tidak tinggal diam.

Sultan mendapatkan ide agar rakyatnya bisa terhindar dari Romusha dan menggunakan tenaga untuk kepentingan mereka sendiri.

Caranya adalah dengan membangun saluran irigasi yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian.

Baca juga: Biografi Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Sultan Hamengkubuwono IX segera berdiplomasi dengan Pemerintah Jepang. Cara yang dilakukan pun sangat cerdik.

Sultan mengusulkan untuk memakmurkan warganya terlebih dulu, supaya bisa membantu tentara Jepang dalam melawan Sekutu. 

Hasil pertanian warga Yogyakarta nantinya juga akan diberikan untuk kepentingan sumber daya alam Jepang. 

Namun, Sultan Hamengkubuwono IX mengungkap bahwa kondisi rakyat Yogyakarta saat itu sangat miskin, tanahnya gersang, dan pertaniannya kurang produktif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com