Untuk memakmurkan warganya, Sultan meminta dibuatkan saluran irigasi, yang menghubungkan Kali Progo dengan Kali Opak.
Baca juga: Apa Saja Propaganda yang Dilakukan Jepang di Indonesia?
Usulan Sultan diterima oleh Pemerintah Jepang, dan pihaknya diberi dana untuk membangun saluran irigasi sepanjang 31,2 kilometer.
Pembangunan Selokan Mataram pun membebaskan rakyat Yogyakarta saat itu dari Romusha.
Pasalnya, rakyat Yogyakarta, yang seharusnya dipaksa ikut Romusha, dialihkan dan dikerahkan untuk membangun kanal irigasi ini.
Tidak hanya itu, keberadaan Selokan Mataram terbukti mampu menyediakan kebutuhan air untuk lahan pertanian penduduk.
Khususnya penduduk yang berada di Sleman, Kulon Progo, dan Bantul.
Baca juga: Alasan Belanda Memecah Belah Kesultanan Mataram
Konon, penyatuan dua sungai di tanah Mataram telah diramalkan oleh Raja Joyoboyo, pembawa kejayaan Kerajaan Kediri yang berkuasa antara 1135-1159.
Raja Joyoboyo memang dipercaya sebagai titisan Betara Wisnu, atau sang pemelihara keselamatan dan kesejahteraan dunia, yang ramalannya kerap menjadi nyata.
Sebagian masyarakat Yogyakarta yang terlibat dalam pembangunan Selokan Mataram percaya ungkapan Joyoboyo yang menyatakan bahwa, "Bila Kali Progo kawin dengan Kali Opak maka Mataram akan makmur."
Ungkapan tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai faktor pendorong dibangunnya Selokan Mataram.
Referensi :