Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Versi Supersemar dan Perbedaannya

Kompas.com - 11/03/2022, 09:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Surat Perintah Sebelas Maret 1966 atau Supersemar merupakan surat bersejarah yang ditandatangani Presiden Soekarno pada 11 Maret 1966.

Surat ini berisi tentang instruksi Presiden Soekarno kepada Letjen Soeharto, yang saat itu menjabat Menteri Panglima Angkatan Darat, untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengawal jalannya pemerintahan.

Namun, Presiden Soekarno sempat mengecam tindakan Soeharto menggunakan Supersemar di luar kewenangan yang diberikannya.

Presiden Soekarno menegaskan bahwa Supersemar dikeluarkan olehnya dengan tujuan untuk memperbaiki keadaan pada 1965 hingga 1966, bukan transfer kekuasaan.

Harian Kompas, 11 Maret 1971, memberitakan, bagi Soeharto, keberadaan Supersemar untuk mengembalikan kewibawaan negara dan sebagai legitimasi untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Soeharto menyebutkan bahwa tindakan yang dilakukannya untuk menjalankan perintah Supersemar dan mengatasi keadaan politik yang memburuk saat itu.

Baca juga: Supersemar: Latar Belakang, Tujuan, Isi, Kontroversi, dan Dampak

Selain itu, Soeharto mengaku tidak menganggap Supersemar sebagai tujuan untuk memperoleh kekuasaan mutlak secara terselubung.

Kontroversi Supersemar terus berlanjut hingga saat ini karena naskah aslinya masih menjadi misteri.

Oleh karena itu, isi Surat Perintah 11 Maret 1966 pun tidak dapat dipastikan, apakah berupa perintah untuk menjaga stabilitas keamanan negara atau justru dijadikan alat kudeta.

Saat ini, ada tiga versi Supersemar tidak otentik yang disimpan Lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan isinya beredar di tengah masyarakat.

Berikut ini tiga versi Supersemar dan perbedaannya.

Supersemar versi Sekretariat Negara

Supersemar yang disimpan ANRI dari Sekretariat Negara memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  • Jumlah halaman dua lembar
  • Berkop Burung Garuda
  • Diketik rapi
  • Tertera tanda tangan beserta nama "Sukarno"

Baca juga: Dampak Dikeluarkannya Supersemar

Supersemar versi TNI AD

TNI AD memiliki versi Supersemar lainnya yang ciri-cirinya sebagai berikut.

  • Berjumlah satu halaman
  • Berkop Burung Garuda
  • Ketikan tidak rapi
  • Menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang berlaku saat ini
  • Tertera tanda tangan atas nama "Soekarno"

Versi nama ini berbeda dengan Sekretariat Negara, di Sekretariat Negara ditulis nama Sukarno sedangkan versi TNI AD, Soekarno.

Baca juga: De-Soekarnoisasi, Upaya Soeharto Melemahkan Pengaruh Soekarno

Supersemar versi Yayasan Akademi Bangsa

Versi ketiga dari Supersemar berasal dari Yayasan Akademi Bangsa. Versi ini memiliki beberapa ciri, yakni:

  • Berjumlah satu halaman
  • Sebagian surat robek
  • Kop surat tidak jelas
  • Hanya berupa salinan
  • Tanda tangan Soekarno berbeda dengan versi Sekretariat Negara dan TNI AD

Hingga saat ini, tidak diketahui mana dari ketiga versi tersebut yang isinya benar dan Supersemar yang asli ada di mana.

Namun, yang tidak bisa dibantah adalah, Supersemar yang disimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) saat ini bukan naskah aslinya.

 

Referensi:

  • Sjahdeini, Sutan Remy. (2021). Sejarah Hukum Indonesia. Jakarta: Penerbit Kencana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com