Pada 1945, terjadi pertempuran besar di Surabaya antara Sekutu yang diwakili Inggris dan rakyat Surabaya.
Kala itu, Kedatangan Inggris yang diboncengi NICA bermaksud untuk merebut kembali Indonesia setelah merdeka pada 17 Agustus 1945.
Peran Bung Tomo dalam Pertempuran Surabaya sangat besar.
Baca juga: Insiden Hotel Yamato, Perobekan Bendera Belanda di Surabaya
Dalam upaya melawan pasukan tentara Inggris, Bung Tomo berorasi lewat radio untuk membangkitkan semangat perjuangan rakyat Indonesia, khususnya rakyat Surabaya.
Bung Tomo berperan sebagai pemimpin Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) di Surabaya.
Serangan pertama terjadi pada 28 Oktober 1945, di mana para pejuang Indonesia menghancurkan pos pertahanan Sekutu.
Masih di tanggal yang sama, para pemuda Surabaya dengan penuh semangat berusaha mengusir Sekutu dan mempertahankan kedaulatan.
Pada 31 Oktober 1945, pemimpin pasukan Inggris, Brigadir Mallaby, tewas di tangan rakyat Surabaya.
Hal ini kemudian menyulut kemarahan Sekutu. Mereka memberi ultimatum atau peringatan kepada rakyat Surabaya untuk segera menyerah. Jika menolak, maka akan dihancurkan.
Baca juga: Kedatangan NICA dan Sekutu Setelah Proklamasi Kemerdekaan
Namun, masyarakat Surabaya tidak goyah, mereka tetap melawan Sekutu. Puncak pertempuran pun terjadi pada 10 November 1945.
Pasukan Sekutu menyerang Surabaya dan pejuang Indonesia berusaha menghalau dengan sekuat tenaga.
Dalam menghadapi Sekutu, rakyat Surabaya tidak hanya menggunakan senjata saja, melainkan juga bambu runcing.
Pertempuran pun berakhir pada 28 November 1945. Semangat yang ditunjukkan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan membuat Presiden Soekarno menetapkan tanggal 10 November 1945 sebagai Hari Pahlawan.
Keputusan ini ditetapkan melalui Keppres Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.
Referensi: