Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesultanan Langkat: Sejarah, Perkembangan, dan Raja-raja

Kompas.com - 26/01/2022, 15:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kesultanan Langkat merupakan kerajaan Islam yang pernah memerintah di wilayah Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, sejak abad ke-16.

Kesultanan Langkat menjadi makmur karena dibukanya perkebunan karet dan ditemukannya cadangan minyak di Pangkalan Brandan.

Selain itu, kesultanan ini disebut sebagai negara monarki paling tua di antara monarki-monarki Melayu di Sumatera Timur.

Baca juga: Kerajaan Tayan: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan

Sejarah berdirinya

Kesultanan Langkat merupakan penerus Kerajaan Aru, yang hancur karena ditaklukkan oleh Kesultanan Aceh.

Setelah berhasil menyelamatkan diri dari serangan Kesultanan Aceh, seorang panglima Deli bernama Dewa Shahdan mendirikan sebuah komunitas pada 1568.

Komunitas tersebut kemudian berkembang yang menjadi cikal-bakal Kesultanan Langkat.

Nama Langkat sendiri berasal dari nama sebuah pohon yang menyerupai pohon langsat.

Dewa Shahdan memerintah Kesultanan Langkat dari 1568 hingga 1580.

Baca juga: Kerajaan Selimbau: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan

Perkembangan

Raja ketiga Langkat, yaitu Raja Kahar (1612-1673), merupakan penguasa yang merintis perpindahan ibu kota ke Langkat.

Sehingga pada masa pemerintahan Raja Kahar inilah, Kesultanan Langkat mulai menunjukkan kedaulatannya.

Setelah Raja Kahar meninggal pada 1673, takhta kerajaan jatuh kentangan putranya yang bernama Badiuzzaman.

Pada masa Raja Badiuzzaman inilah, Langkat mulai menaklukkan daerah sekitarnya dengan cara-cara damai hingga ia meninggal pada 1750.

Raja Badiuzzaman kemudian digantikan oleh Raja Hitam, yang pemerintahannya diwarnai oleh serangan Kerajaan Siak.

Raja Hitam yang mengungsi terpaksa mengungsi ke Deli, melakukan konsolidasi untuk mencari bantuan guna menyerang kembali Kerajaan Siak.

Namun, ketika perjalanan hendak menyerang Siak, Raja Hitam meninggal pada 1818.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com