Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prasasti Karang Berahi: Sejarah, Isi, dan Terjemahan

Kompas.com - 25/01/2022, 13:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Prasasti Karang Berahi adalah prasasti dari zaman Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan pada 1904 oleh seorang kontrolir Belanda bernama L.M. Berkhout.

Prasasti ini terletak di Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi.

Prasasti Karang Berahi menggunakan bahasa Melayu Kuno dan ditulis dalam aksara Pallawa.

Isinya tentang kutukan bagi orang yang tidak tunduk atau setia kepada raja dan orang-orang yang berbuat jahat.

Kutukan pada isi prasasti ini mirip dengan prasasti Kerajaan Sriwijaya lainnya, yaitu Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Batu.

Baca juga: Prasasti Telaga Batu: Keunikan, Isi, dan Maknanya

Sejarah penemuan

Prasasti Karang Berahi pertama kali ditemukan oleh L. Berkhout di Bangko, Provinsi Jambi pada 1904.

Mantan Residen Jambi, O.L. Helfrich, menyatakan bahwa pada awal penemuannya, prasasti ini terletak di kaki tangga masjid dan digunakan sebagai ubin pencuci kaki.

Pada Februari 1906, Residen Palembang, van Rijn van Alkemade membuat cetakan kertas dari Prasasti Karang Berahi.

Cetakan kertas tersebut kemudian dikirim kepada Kern, yang menyatakan bahwa Prasasti Karang Berahi tidak terbaca, tetapi aksaranya mirip Prasasti Canggal yang berangka tahun 732.

Selain itu, Prasasti Karang Berahi diperkirakan juga sezaman dengan Prasasti Kota Kapur yang berbahasa Melayu kuno.

Laporan temuan prasasti di Desa Karang Berahi kemudian disampaikan oleh Rouffaer kepada Bataviaasch Genootschap (lembaga kebudayaan pada masa Belanda) pada 1909.

Baca juga: Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Setelah itu, keberadaan Prasasti Karang Berahi sempat terlupakan. Hingga akhirnya pada 1920, Krom menyebutkan dalam salah satu tulisannya bahwa prasasti ini sama dengan Prasasti Kota Kapur yang telah diterbitkan Kern pada 1912.

Krom kembali meneliti Prasasti Karang Berahi yang kemudian dituangkan dalam makalah berjudul De Sumatraansche periode der Javaansche Geschiedenis dan buku berjudul Hindoe-Javaansche Geschiedenis (1926).

Meski dalam Prasasti Karang Berahi tidak disebutkan angka tahunnya, diperkirakan prasasti ini dibuat pada tahun 686 atau 608 Saka.

Prasasti Karang Berahi kini disimpan di sebuah cungkup di halaman masjid Desa Karang Berahi.

Baca juga: Prasasti Dinoyo: Sejarah, Isi, dan Terjemahan

Isi Prasasti Karang Berahi

Prasasti Karang Berahi merupakan salah satu prasasti peninggalan Sriwijaya yang berisikan kutukan maupun ancaman bagi siapa pun yang hendak menentang atau tidak mau berbakti kepada raja.

Pada prasasti berukuran tinggi 130 cm, lebar 80 cm, dan ketebalan 48 cm ini terpahat 16 baris isi dalam kondisi aus.

Dalam Prasasti Karang Berahi tidak disebutkan nama raja ataupun gelarnya, hanya menggunakan kata "saya".

Berikut adalah isi dari Prasasti Karang Berahi.

  • || siddha || titam hamvan vari avai kandra kayet ni
  • paihumpaan namuha ulu lavan tandrun lua makamatai ta
  • ndrun luah vinunu paihumpaan hakairu muah kayet nihumpa u
  • nai tuai umente bhakti niulun haraki unai tunai || kita savanakta de
  • vata matahar[d]dhika sannidhana mamraksa yam kadatuan srivijaya kita tuvi tandrun
  • luah vanakta devata mulana yam parsumpahan paravis kadaci yam uram
  • didalamna bhumi [ajnana kadatuan ini] paravis drohaka haun samavuddhi la
  • van drohaka manujari drohaka niujari drohaka tahu dim drohaka tida
  • ya marpadah tida ya bhakti tida ya tatvarjjava diyaku dnan di iyam nigalarku sanyasa datua dhava vuatna uram inan nivunuh
  • ya sumpah nisuruh tapik ya mulam parvvandan datu srivijaya talu mua ya dnan
  • gotrasantanana tathapi savanaknaa yam vuatna jahat makalanit uram makasa
  • kit makagila mantra gada visaprayoga upuh tuva tamval saramvat kasa
  • han vasikarana ityevamadi janan muah ya siddha pulam ka iya muah yam dosa
  • na vuatna jahat inan tathapi nivunuh ya sumpah tuvi mulam yam manuruh marjjahati yam marjjahati yam vatu nipratistha ini tuvi nivunuh ya sumpah talu muah ya mulam sarambhana uram drohaka tida bhakti tida tatvarjjava diy aku dhava vuatna nivunuh ya sumpah ini gran kadaci iya bhakti tatvarjjava diy aku dnan di yam ni
  • galarku sanyasa datua santi kavuatana dnan gotrasantanana samrddha
  • svastha niroga nirupadrava subhiksa muah yam vanuana paravis || sakavarsatita 608 dim pratipada suklapaksa vulan vaisakha tatkalana  yam mammam sumpah ini nipahat di velana yam vala srivijaya kalivat manapik yam bhumi java tida bhakti ka srivijaya.

Baca juga: Prasasti Talang Tuo: Lokasi Penemuan, Isi, dan Maknanya

Terjemahan

  • Keberhasilan! [disusul mantra kutukan yang tak dapat diartikan].
  • Wahai sekalian dewata yang berkuasa, yang sedang berkumpul dan yang melindungi provinsi [kedatuan] srivijaya [ini]; juga kau Tandrun luah [?] dan semua dewata yang mengawali setiap mantra kutukan!
  • Bilamana di pedalaman semua daerah (bhumi) [yang berada di bawah provinsi (kadatuan) ini] akan ada orang yang memberontak […]
  • yang bersekongkol dengan pemberontak, yang berbicara dengan pemberontak, yang mendengarkan kata pemberontak, yang mengenal pemberontak, yang tidak berperilaku hormat, yang tidak takluk, yang tidak setia pada saya dan pada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu
  • biar orang-orang yang menjadi pelaku perbuatan-perbuatan tersebut mati kena kutuk; biar sebuah ekspedisi [untuk melawannya] seketika dikirim di bawah pimpinan datu [atau beberapa datu] srivijaya, dan biar mereka dihukum bersama marga dan keluarganya
  • Lagi pula biar semua perbuatannya yang jahat, [seperti] mengganggu ketenteraman jiwa orang, membuat orang sakit, membuat orang gila, menggunakan mantra, racun, memakai racun upas dan tuba, ganja, saramvat, pekasih, memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebagainya
  • [semoga perbuatan-perbuatan itu] tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah melakukan perbuatan jahat itu, biar pula mereka mati kena kutuk.
  • Tambahan pula biar mereka yang menghasut orang supaya merusak, yang merusak batu yang diletakkan di tempat ini, mati juga kena kutuk dan dihukum langsung.
  • Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang tak berbakti, yang tak setia pada saya, biar pelaku pelaku perbuatan tersebut mati kena kutuk.
  • Akan tetapi jika orang takluk, setia kepada saya dan kepada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu, maka moga-moga usaha mereka diberkahi, juga marga dan keluarganya: dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebasan dari bencana, kelimpahan segalanya untuk semua negeri mereka!
  • Tahun saka 608, hari pertama paruh terang bulan waisakha, pada saat itulah kutukan ini diucapkan; pemahatannya berlangsung ketika bala tantara srivijaya baru berangkat untuk menyerang tanah (bhumi) Jawa yang tidak takluk kepada srivijaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com