Pangeran Sado sangat frustasi hingga sering melampiaskan amarahnya dengan memukuli para kasimnya hingga meninggal. Selain itu, hubungannya dengan Raja Yeongjo semakin buruk.
Pada 1758, ketakutan Pangeran Sado mengenakan pakaian (vestiphobia) bertambah para.
Para dayang dan kasimnya bahkan harus mempersiapkan sepuluh hingga tiga puluh pakaian, yang beberapa di antaranya akan dibakar oleh Pangeran Sado sebagai ritual untuk mengusir hantu.
Dalam proses berpakaian saja, terkadang staf istana ada yang terluka dan bahkan terbunuh.
Baca juga: Daftar Dinasti yang Pernah Berkuasa di Korea
Semakin hari, kondisi Pangeran Sado kian memburuk. Selain menyiksa dan membunuh staf istana, ia pun kerap melakukan tindakan tidak bermoral lainnya.
Pangeran Sado sering melampiaskan kemarahannya dengan menyerang dan memperkosa dayang.
Pada akhir 1757, ia juga menikahi dayang neneknya yang bernama Pingae, suatu hal yang dianggap tabu dan melanggar peraturan kerajaan.
Setelah permasalahan ini sampai ke telinga Raja Yeongjo, Pangeran Sado berusaha untuk melompat ke dalam sumur. Namun, usaha itu berhasil digagalkan oleh penjaga.
Di hari ulang tahunnya pada 1760, emosi Pangeran Sado kembali memuncak hingga mencaci maki permasisuri Raja Yeongjo dan anak-anaknya sendiri.
Selain itu, Pangeran Sado juga melakukan kekerasan fisik kepada istrinya, Putri Hyegyeong, dan membunuh Pingae pada 1761.
Baca juga: Raja Cheoljong: Sejarah, Masa Pemerintahan, dan Kisah Tragis
Pada 1762, Pangeran Sado terlibat konflik dengan pejabat istana dan mengancam akan membunuh putranya.
Ia pun mencari putra pejabat itu hingga menyelinap ke istana raja. Namun, tindakan Pangeran Sado itu dibelokkan oleh pejabat istana sebagai usaha membunuh Raja Yeongjo.
Merasa perilaku Pangeran Sado sudah di luar batas, Permaisuri meminta Raja Yeongjo mengambil tindakan karena khawatir akan keselamatan keturunannya.
Namun, berdasarkan aturan yang berlaku di Joseon, Raja tidak dapat mengeksekusi Pangeran Sado.
Selain itu, apabila Pangeran Sado ditetapkan sebagai penjahat, maka anak dan istrinya juga menghadapi hukuman dan harus dibunuh atau diasingkan dari istana Joseon.