Sebagai solusinya, Raja Yeongjo akhirnya menangkap dan mengurung Pangeran Sado dalam peti beras yang cukup sempit.
Pangeran Sado pun sempat meminta ampunan dan memberontak, tetapi raja tetap pada pendiriannya.
Baca juga: Dinasti Mamluk, Wangsa yang Didirikan Bangsa Budak
Dua hari kemudian, peti itu dipindahkan ke istana atas setelah diikat tali dan ditutupi rumput.
Pangeran Sado akhirnya dinyatakan meninggal pada hari kedelapan, tepatnya pada 12 Juli 1762, karena kelaparan.
Pangeran Sado kemudian dimakamkan di Gunung BaebongSan di Yangju.
Pada abad ke-19, muncul rumor bahwa Pangeran Sado tidak pernah menderita penyakit mental, tetapi menjadi korban dari lawan politiknya.
Meski rumor itu terbantahkan oleh memoar Putri Hyegyeong, yang mengisahkan kehidupan Pangeran Sado secara rinci, tetapi kematian ayah Raja Jeongjo ini tetap menjadi perdebatan.
Banyak yang meyakini bahwa sebenarnya Pangeran Sado hanyalah korban konspirasi politik lawan politiknya.
Ketika Raja Jeongjo berkuasa, makam Pangeran Sado dipindahkan ke Kota Suwon dan dibangun Benteng Hwaseong untuk menjaganya.
Tidak hanya itu, semasa memerintah, Raja Jeongjo juga berusaha keras untuk membersihkan nama ayahnya.
Referensi: