Ia pun memindahkan istana ke Kota Suwon agar lebih dekat dengan makam ayahnya. Raja Jeongjo kemudian membangun Benteng Hwaseong untuk menjaga peristirahatan terakhir sang ayah.
Raja Jeongjo juga mengeluarkan dekrit terkait situasi dari ibunya, Putri Hyegyeong. Status Putri Heygyeong ditetapkan sebagai Janda Ratu karena suaminya, Pangeran Sado, yang seharusnya menjadi raja meninggal.
Sejak awal, pemerintahan Raja Jeongjo telah mengalami pergolakan, yang sebagian besar berasal dari Partai Noron.
Pada 1776, ia berhasil menghindari upaya kudeta militer dan pembunuhan oleh anggota Partai Noron.
Raja Jeongjo bahkan menangkap dan mengeksekusi sendiri anggota Partai Noron yang terlibat dalam pemberontakan dan membunuh Pangeran Eunjeon, Hong In Kan, dan Chung Hu Kyom.
Akibat pergolakan politik di internal kerajaan, Raja Jeongjo memutuskan untuk mendirikan pasukan pengawal raja bernama Changyongyeong, yang anggotanya ia pilih sendiri.
Sebenarnya, sudah ada pasukan khusus Naekeunwe, yang dibentuk dan telah menjadi pengawal raja Joseon sejak 1407. Namun, Raja Jeongjo tidak percaya orang-orang di dalamnya.
Baca juga: Raja Cheoljong: Sejarah, Masa Pemerintahan, dan Kisah Tragis
Selama memerintah, Raja Jeongjo melakukan beberapa gebrakan untuk memajukan Dinasti Joseon.
Ia melakukan berbagai reformasi selama pemerintahannya, seperti mendirikan Kyujanggak atau perpustakaan kerajaan.
Tujuan didirikannya Kyujanggak adalah untuk meningkatkan sikap budaya dan politik Joseon serta merekrut perwira untuk membantu negara.
Raja Jeongjo juga menjadi pelopor revolusi sosial, dengan membuka posisi pemerintahan bagi orang-orang yang sebelumnya dilarang bekerja di pemerintahan karena status sosial mereka.
Sebagai raja, Jeongjo menguasai ilmu humaniora, filsafat, Neo-konfusianisme, dan dikenal sangat suka membaca buku. Ia bahkan mendapat dukungan dari banyak cendekiawan Silhak.
Periode pemerintahannya juga berhasil membuat budaya populer Joseon berkembang.
Baca juga: Dinasti Yuan: Sejarah, Perkembangan, dan Keruntuhan
Pada akhir abad ke-18, Raja Jeongjo mempersiapkan pernikahan putra keduanya, Pangeran Sunjo, dengan Putri Kim dari klan Andong.
Namun, ia tidak sempat menyaksikan pernikahan putranya. Raja Jeongjo diketahui meninggal secara misterius pada 18 Agustus 1800, di usia 47 tahun.
Raja Jeongjo kemudian dimakamkan bersama dengan istrinya, Ratu Hyoui, di makam kerajaan Golleung di Kota Hwaseong.
Hingga kini, misteri di balik kematiannya belum terungkap dan spekulasi tentang penyebab kematiannya kerap diulas dalam berbagai buku.
Referensi: