Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Operasi Seroja: Latar Belakang, Pelaksanaan, dan Dampak

Kompas.com - 21/12/2021, 08:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Operasi Seroja adalah invasi Indonesia atas Timor Timur yang terjadi pada 7 Desember 1975. 

Operasi ini dilancarkan sebagai respons atas tindakan Partai Fretilin yang mendeklarasikan kemerdekaan Republik Demokratik Timor Timur secara sepihak pada 28 November 1975.

Seroja disebut sebagai operasi militer terbesar yang pernah dilakukan Indonesia, dengan melibatkan semua unsur angkatan bersenjata, mulai dari Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU).

Pertempuran ini diperkirakan menewaskan sekitar 100.000-180.000 korban jiwa yang terdiri dari tentara dan warga sipil.

Baca juga: Partai Fretilin: Sejarah dan Pemimpinnya

Latar belakang Operasi Seroja

Meletusnya Revolusi Anyelir di Portugal

Sejak abad ke-16, wilayah Timor Leste saat ini menjadi daerah koloni Portugis yang disebut dengan Timor Portugis.

Sedangkan bagian barat Pulau Timor dikuasai oleh Belanda dan disebut sebagai Timor Barat atau Timor Belanda.

Ketika Indonesia, termasuk Timor Barat, merdeka dari penjajahan Belanda dan Jepang, Timor Timur tetap menjadi koloni Portugis.

Keadaan baru berubah pada 25 April 1974, saat kudeta militer yang dikenal dengan sebutan Revolusi Anyelir terjadi di Portugal.

Peristiwa itu turut memengaruhi nasib Timor Timur. Pasalnya, Presiden Spinola, yang baru saja berkuasa di Portugal, melakukan dekolonialisasi bagi daerah-daerah jajahannya.

Hal ini menyebabkan Timor Timur mengalami kekosongan kekuasaan dan memicu lahirnya partai politik.

Baca juga: Revolusi Anyelir: Latar Belakang dan Kronologi

Perseteruan partai politik Timor Timur

Keadaan semakin tidak menentu saat tiga dari partai yang terbentuk, yakni Partai Apodeti, Partai Fretilin, dan Uni Demokrat Timur (UDT) saling berselisih karena perbedaan prinsip terkait masa depan Timor Timur.

Ketiga partai tersebut memiliki misi yang berbeda, di mana Fretilin sangat pro-kemerdekaan, Apodeti menginginkan integrasi dengan Indonesia, sedangkan UDT lebih moderat.

Situasi semakin memanas usai muncul isu bahwa sayap radikal Fretilin akan mengubah Timor Timur menjadi negara komunis.

Menanggapi kudeta oleh UDT pada 11 Agustus 1975, Fretilin segera membentuk sayap bersenjata yang disebut Falintil.

Fretilin akhirnya muncul sebagai pemenang setelah tiga minggu terlibat perang saudara dengan UDT.

Baca juga: Partai APODETI: Sejarah, Anggota, dan Pembubaran

Fretilin mendeklarasikan kemerdekaan

Menurut laporan resmi dari PBB, selama berkuasa ketika terjadi kevakuman pemerintahan di Timor Timur antara September hingga November 1975, Fretilin melakukan pembantaian terhadap sekitar 60.000 penduduk sipil.

Sebagian besar korbannya adalah pendukung faksi integrasi dengan Indonesia.

Menyusul kemenangannya, Fretilin menurunkan bendera Portugal dan mendeklarasikan kemerdekaan Timor Timur pada 28 November 1975.

Fretilin juga meresmikan kabinet beranggotakan 18 orang sekaligus menempatkan pendirinya, Xavier do Amaral, sebagai presiden dan Nicolau dos Reis Lobato sebagai wakil presiden dan perdana menteri.

Baca juga: Arnaldo dos Reis Araújo, Gubernur Pertama Timor Timur

Deklarasi Balibo

Deklarasi Fretilin tidak mendapat dukungan dari mayoritas masyarakat Timor Timur maupun dunia internasional.

Partai-partai Timor Timur yang terdiri atas UDT, Apodeti, KOTA, dan Trabalhista kemudian menyampaikan proklamasi tandingan di Balibo pada 30 November 1975.

Pernyataan yang kemudian dikenal sebagai Deklarasi Balibo ini menyatakan keinginan Timor Timur untuk berintegrasi dengan Republik Indonesia.

Deklarasi Balibo ini mendapat dukungan dari Amerika Serikat dan Australia, yang khawatir akan keberadaan Fretilin yang didominasi oleh komunis.

Kekhawatiran yang sama juga dialami oleh Indonesia, sehingga Kepala Opsus dan penasihat dekat Presiden Soeharto, Mayor Jenderal Ali Murtopo, dan anak didiknya, Brigadir Jenderal Benny Murdani, mengarah ke operasi militer untuk menganeksasi Timor Timur.

Karena itu, pemerintah RI melaksanakan Operasi Seroja pada 7 Desember 1975.

Baca juga: Deklarasi Balibo: Latar Belakang, Isi, dan Tujuan

Pasukan Indonesia sedang mempelajari peta situasi di dekat Baucau ketika Operasi Seroja.Buku Sejarah TNI Angkatan Udara 1970-1979 Pasukan Indonesia sedang mempelajari peta situasi di dekat Baucau ketika Operasi Seroja.

Pelaksanaan

Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia datang ke Timor Timur dengan melakukan pendaratan di pantai utara Dili.

Seroja disebut sebagai operasi militer terbesar yang pernah dilakukan Indonesia, dengan melibatkan semua unsur angkatan bersenjata, mulai dari Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU).

Serangan dimulai dengan penembakan artileri dari kapal perang terhadap pertahanan Fretilin di sebelah timur dan barat Kota Dili.

Setelah itu, dilanjutkan dengan penerjunan pasukan payung di pesisiri distrik Farol pada dini hari.

Malam hari tanggal 7 Desember 1975, Dili sudah berhasil dikuasai dan Fretilin telah dipukul mundur ke arah perbukitan dan gunung dengan membawa puluhan ribu rakyat untuk melakukan perang gerilya.

Baca juga: Integrasi Timor Timur ke Indonesia masa Orde Baru

Tiga hari kemudian, kota terbesar kedua Timor Timur, Baucau, juga berhasil direbut oleh militer Indonesia.

Pada April 1976, pasukan Indonesia yang ada di Timor Timur telah mencapai 35.000 orang.

Kendati demikian, pasukan tersebut kurang mengalami kemajuan karena mendapatkan perlawanan keras dari tentara Falintil yang terlatih.

Oleh karena itu, Indonesia mendatangkan bantuan berupa rudal kapal dari berbagai negara, kapal selam dari Jerman, dan pesawat perang dari AS.

Berbekal tambahan pasukan dan peralatan canggih tersebut, sepanjang tahun 1977, tentara Indonesia melakukan operasi besar-besaran untuk menghancurkan sisa-sisa Fretilin.

Baca juga: Sejarah Timor Leste

Operasi dilakukan dengan sangat intensif terhadap gerakan di darat, gempuran dari udara, dan penembakan dari kapal-kapal perang selama beberapa bulan tanpa memberikan kesempatan tidur bagi musuh.

Kampanye pembersihan yang dilakukan pun berhasil mematahkan milisi utama Fretilin.

Dampak Operasi Seroja

  • Timbulnya banyak korban jiwa yang terdiri atas prajurit Indonesia, Timor Timur, dan warga sipil
  • Banyak pemimpin Operasi Seroja yang gugur karena perencanaan operasi yang semrawut.
  • Timor Timur menjadi provinsi ke-27 Indonesia selama 23 tahun.

 

Referensi:

  • Burr, William. Michael L. Evans. (2001). East Timor Revisited. National Security Archive Electronic Briefing Book No. 62. 
  • Subdisjarah Diswatpersau. (2004). Sejarah Angkatan Udara RI (1970-1979). Madison: Subdisjarah Diswatpersau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com