KOMPAS.com - Operasi Dwikora atau Dwi Komando Rakyat adalah komando Presiden Soekarno yang dilakukan sebagai respons atas rencana pembentukan Federasi Malaysia.
Pada 1960-an, Federasi Malaya ingin menggabungkan wilayah Singapura, Brunei, Serawak, Malaya dan Sabah ke dalam wilayahnya, yang didukung oleh Inggris.
Karena hal itu bertentangan dengan Persetujuan Manila, Presiden Soekarno mengeluarkan Operasi Dwikora dengan tujuan menggagalkan rencana berdirinya Federasi Malaysia.
Baca juga: Trauma Trikora, Dwikora, dan Timor Timur...
Pada 1961, Inggris yang masih memiliki koloni di Kalimantan Utara berusaha untuk menggabungkan jajahannya itu dengan membentuk Federasi Malaysia.
Hal ini mendapat tentangan keras dari Presiden Soekarno, karena menganggap Federasi Malaysia sebagai boneka Inggris, yang ingin menambah kontrolnya di kawasan Asia Tenggara.
Selain itu, Indonesia juga menganggap keinginan itu telah melanggar Perjanjian Manila. Begitu pula dengan Filipina, yang menilai bahwa Sabah secara historis dan yuridis adalah milik Sultan Hulu.
Permasalahan ini kemudian menimbulkan sengketa antara Indonesia dan Filipina dengan Federasi Malaysia.
Pada 1963, PBB turun tangan dengan membentuk tim untuk melakukan penyelidikan di tanah sengketa guna memastikan kehendak rakyat.
Namun, sebelum tim PBB mengumumkan hasil penyelidikan, pada 16 September 1963, Federasi Malaya bersama-sama dengan Sabah, Sarawak, dan Singapura, membentuk Malaysia.
Baca juga: Konfrontasi Indonesia-Malaysia: Penyebab, Perkembangan, dan Akhirnya
Hal itu semakin menambah ketegangan di antara dua pihak, dan Indonesia memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Malaysia.
Buntut dari kejadian itu, terjadi demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur karena Presiden Soekarno yang ingin melancarkan konfrontasi terhadap Malaysia.
Presiden Soekarno pun semakin murka, karena dalam demonstrasi itu juga dilakukan aksi menghina lambang negara Indonesia.
Setelah memproklamasikan gerakan Ganyang Malaysia, pada awal Mei 1964, Presiden Soekarno dalam sebuah rapat raksasa mengumumkan perintah Dwikora atau Dwi Komando Rakyat, yang isinya:
Baca juga: Sejarah Malaysia
Presiden Soekarno menekankan bahwa Operasi Dwikora bukan untuk melawan rakyat Malaysia, melainkan untuk melawan neokolonialisme Inggris di Asia Tenggara.
Pada 1964, pasukan tidak resmi Indonesia mulai melakukan serangan di wilayah Semenanjung Malaya. Dalam pelaksanaannya, pemerintah RI membentuk Komando Siaga yang bertugas untuk mengoordinasikan kegiatan Dwikora.