KOMPAS.com - Pada 1974, didirikan sebuah partai politik di Timor Timur bernama Associacao Popular Democratica Timorense atau disingkat APODETI.
Parta APODETI dibentuk dengan tujuan untuk memperjuangkan integrasi Timor Timur ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pada akhirnya, keinginan Partai APODETI pun tercapai dengan dibentuknya UU yang menyatakan bahwa Timor Timur secara resmi menjadi provinsi ke-27 Indonesia pada 17 Juli 1976.
Namun, keberadaan partai ini perlahan menghilang setelah Timor Timur melepaskan diri dari Indonesia dan memilih merdeka menjadi negara Timor Leste.
Baca juga: Arnaldo dos Reis Araújo, Gubernur Pertama Timor Timur
Pada 27 Mei 1974, Arnaldo dos Reis Araújo memutuskan untuk mendirikan sebuah partai politik di Timor Timur yang bernama APODETI.
Arnaldo dos Reis Araújo adalah pejuang dari Timor Timur yang selalu ingin membebaskan kampung halamannya dari pendudukan bangsa Portugis.
Dalam manifesto aslinya, APODETI menyerukan integrasi otonom ke Indonesia, serta menganjurkan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah Timor Timur.
Terbentuknya APODETI sendiri merupakan salah satu buntut dari terjadinya Revolusi Anyelir atau peristiwa kudeta militer yang terjadi di Lisbon, Portugal, pada 25 April 1974.
Revolusi tersebut dilakukan sebagai bentuk perayaan lepasnya rezim otoriter yang berubah menjadi demokrasi bagi penduduk Portugis.
Dampak dari adanya Revolusi Anyelir tidak hanya dirasakan oleh penduduk Portugal, melainkan juga wilayah-wilayah jajahannya, termasuk Timor Timur.
Peristiwa itu memicu lahirnya partai-partai politik di Timor Timur. Selain APODETI, ada juga Fretilin dan Uni Demokrat Timur (UDT).
Tujuan Partai APODETI sendiri adalah untuk mengupayakan Timor Timur bergabung dengan Indonesia sebagai provinsi otonom.
Baca juga: Integrasi Timor Timur ke Indonesia masa Orde Baru
Tokoh-tokoh dari partai APODETI adalah:
Popularitas dari Partai Apodeti kalah jauh dibandingkan dengan Partai Fretilin, yang pro-kemerdekaan, dan UDT, yang lebih moderat.
Perbedaan misi dari ketiga partai politik tersebut menimbulkan perseteruan sengit hingga menyebabkan APODETI menjadi partai yang paling menderita.