Setelah dibombardir selama 6 hari, pasukan tambahan Belanda dari Batavia datang di Desa Kusamba dan Jumpai.
Pasukan tambahan itu langsung melakukan perlawanan terhadap Klungkung dan berhasil mengepung Istana Samarapura pada 27 April 1908.
Pada perang tersebut, beberapa tokoh pembesar Kerajaan Klungkung gugur, seperti Cokorda Gelgel, Dewa Agung Gede Semarabawa, Dewa Agung Muter, dan putra mahkota kerajaan.
Baca juga: Kerajaan Jembrana: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan
Keadaan yang semakin genting tersebut justru membuat Raja Dewa Agung Jambe II maju menyerang Belanda.
Bersama dengan sekitar 3.000 laskarnya, raja menyerang hingga akhirnya gugur di medan perang pada 28 April 1908.
Gugurnya Raja Dewa Agung Jambe II, menandai jatuhnya Kerajaan Klungkung ke pemerintah kolonial Belanda. Setelah itu, Belanda juga membakar istana Klungkung.
Pada Oktober 1908, istana tersebut dibangun kembali dan Klungkung dijadikan daerah swapraja, seperti Gianyar dan Karangasem.
Referensi: