Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Kejahatan Genosida yang Pernah Terjadi di Indonesia

Kompas.com - 15/12/2021, 08:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Genosida adalah kejahatan yang melanggar hak asasi manusia karena dilakukan untuk memusnahkan kelompok tertentu, atau bahkan dalam lingkup masyarakat luas.

Kata "Genosida" berasal dari campuran bahasa Yunani dan bahasa Latin. Kata "Geni" berasal dari bahasa Yunani yang berarti ras, sedangkan kata "Cidium" berasal dari bahasa Latin yang berarti membunuh.

Adapun dalam Pasal 8 UU No 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia disebutkan bahwa kejahatan genosida adalah segala bentuk perbuatan yang dilakukan dengan maksud menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, dan kelompok agama.

Baca juga: Pengertian Kejahatan Genosida dan Contohnya

Dalam pasal itu dijelaskan lima bentuk dari kejahatan genosida, yaitu:

  • Pembunuhan anggota kelompok.
  • Hal-hal yang mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap suatu kelompok.
  • Hal-hal yang menciptakan kondisi kehidupan suatu kelompok yang mengakibatkan kemusnahan secara fisik, baik menyeluruh ataupun sebagian.
  • Tindakan yang sifatnya paksaan dengan tujuan mencegah kelahiran dalam suatu kelompok.
  • Pemindahan secara paksa anak dari suatu kelompok tertentu ke kelompok lainnya.

Kejahatan genosida di Indonesia

Kasus genosida pernah menimpa beberapa negara di dunia, salah satunya Indonesia.

Berikut ini beberapa contoh kejahatan genosida yang pernah terjadi di Indonesia.

Baca juga: Peran Sarwo Edhi Wibowo dalam Penumpasan G30S

Geger Pecinan 1740

Peristiwa Geger Pecinan yang terjadi pada 1740 dipicu oleh kebijakan keras Gubernur Jenderal VOC saat itu, Adrian Vakckenier, untuk mengurangi populasi etnis Tionghoa di Batavia.

Selain itu, persaingan dagang antara Inggris dan Belanda juga menjadi penyebab para imigran Tionghoa di Batavia diperas dan diperlakukan tidak adil.

Pembantaian etnis Tionghoa di Batavia pada 1740.Wikimedia Commons/Abraham Van Stolk & Gerrit van Rijk Pembantaian etnis Tionghoa di Batavia pada 1740.

Hal itu membuat etnis Tionghoa di Batavia melakukan pemberontakan. Konflik semakin membesar ketika muncul isu bahwa masyarakat Tionghoa berencana melakukan kebrutalan kepada penduduk pribumi.

Isu tersebut dimanfaatkan oleh Valckenier untuk mengadakan sayembara, di mana orang yang berhasil memenggal kepala orang Tionghoa akan diberi hadiah yang besar.

Pembantaian yang terjadi pada tahun 1740 itu menewaskan 10.000 lebih etnis Tionghoa dan lebih dari 700 rumah mereka dijarah dan dibakar oleh VOC.

Tragedi ini dikenal dengan Geger Pacinan Batavia atau Tragedi Angke.

Baca juga: Geger Pacinan Batavia: Penyebab, Tokoh, dan Dampaknya

Genosida pembangunan Jalan Raya Pos (1808-1811)

Pembangunan Jalan Raya Pos atau yang dikenal dengan Jalur Pantura dibangun atas perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels.

Jumlah korban meninggal pada saat pembangunan jalan Anyer-Panarukan sepanjang 1.000 kilometer lebih itu diperkirakan mencapai 12.000 jiwa.

Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan di Kampung Cibabat, Cimahi, Jawa Barat.                    Tropenmuseum Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan di Kampung Cibabat, Cimahi, Jawa Barat.

Adapun pembangunan jalan tersebut untuk kemudahan mobilisasi hasil bumi hingga mempertahankan Pulau Jawa dari Inggris.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com