Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerajaan Bolaang Mongondow: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan

Kompas.com - 15/11/2021, 10:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Kemdikbud


KOMPAS.com - Kerajaan Bolaang Mongondow adalah nama kerajaan yang pernah berdiri di Sulawesi Utara dari abad ke-15 hingga abad ke-20.

Saat didirikan pada sekitar tahun 1400, raja pertama Bolaang Mongondow adalah Mokodoludut.

Pada puncak kejayaannya, wilayah kerajaan meliputi Bolaang, Kotamobagu, Kotabunan, sebagian wilayah Minahasa, serta Manado.

Memasuki abad ke-18, VOC mulai melakukan aneksasi yang menyebabkan wilayah Kerajaan Bolaang Mongondow semakin berkurang.

Sejarah berdirinya

Sejarah berdirinya Kerajaan Bolaang Mongondow dapat ditelusuri dari asal-usul masyarakatnya.

Menurut legenda, masyarakat yang mendiami Bolaang Mongondow adalah keturunan pasangan Gumalangit danTendeduata serta Tumotoi dan Bakal.

Dalam perkembangannya, keturunan mereka mulai membentuk kelompok-kelompok yang dipimpin oleh Bogani dan membentuk permukiman yang disebut Totabuan.

Totabuan Dumoga, yang terletak di Kecamatan Dumoga saat ini, adalah cikal bakal kelahiran Kerajaan Bolaang Mongondow.

Berdasarkan kesepakatan pada Bogani di seluruh Totabuana, Mokodoludut diangkat sebagai "punu" atau raja pertama Kerajaan Bolaang Mongondow pada tahun 1400 M.

Setelah itu, dibangunlah istana Punu Molantud di Desa Bumbungon dan ditetapkan bahwa keturunan Mokodoludut akan menjadi raja-raja selanjutnya.

Baca juga: Kerajaan Lamuri, Cikal Bakal Kesultanan Aceh Darussalam

Masa Kejayaan

Ketika Raja Tadohe berkuasa, mulai disepakati adat istiadat dan bentuk pemerintahan yang baru, di mana setiap keputusan selalu dilandasi musyawarah.

Kehidupan masyarakatnya kemudian dibuat tingkatan sosial. Tadohe juga membentuk serta menamai desa-desa yang dikepalai seorang kepala desa.

Di setiap desa, dibangun semacam tempat upacara yang disebut sigi. Fungsinya adalah sebagai tempat penyembahan kepada Ompu Duata (Yang Maha Kuasa).

Pada masa kekuasan Tadohe, Kerajaan Bolaang Mongondow berhasil mengalahkan Ternate dari Lalada dan merampas semua harta yang ada di dalam kapal.

Raja-raja Kerajaan Bolaang Mongondow

  • Mokodoludut (1400-1460 M)
  • Yayubangkai (1460-1480 M)
  • Damopolii (1480-1510 M)
  • Busisi (1511-...M)
  • Makalalo (... - 1540 M)
  • Mokodompit (1540-1600 M)
  • Mokoagow (1600-1620 M)
  • Tadohe (1620-1650 M)
  • Datu Binangkang (1650-1695 M)
  • Yakobus Manoppo (1695-1731 M)
  • Fransiscus Manoppo (1731-1735 M)
  • Salomon Manoppo (1735-1764 M)
  • Eugenius Manoppo (1767-1770 M)
  • Markus Manoppo (1773-1779 M)
  • Cornelis Manoppo (1811-1829 M)
  • Ismail Cornelis Manoppo (1829-1833 M)
  • Adreanus Cornelis Manoppo (1858-1862 M)
  • Yohanes Manuel Manoppo (1862-1880 M)
  • Abraham Sugeha (1880-1893 M)
  • Riedl Manuel Manoppo (1893-1905 M)
  • Datu Cornelius Manoppo (1928-1947 M)
  • Henny Yusuf Cornellius Manoppo (1947-1950 M)

Baca juga: Kerajaan Tanjungpura: Sejarah, Perpindahan Ibu Kota, dan Peninggalan

Keruntuhan

Ibu kota Kerajaan Bolaang Mongondow sering berpindah-pindah karena mengikuti tempat tinggal raja yang berkuasa.

Dari Bumbungon, ibu kota kerajan tercatat pernah dipindahkan ke Gunung Babo, Kotobangon, Siauw, Kotamobagu, dan Tudu im Bakid.

Ketika Raja Datu Cornelius Manoppo berkuasa, ibu kota kerajaan berada di Kotobangon.

Pada abad ke-18, Kerajaan Bolaang Mongondow terkena imbas penjajahan karena VOC melakukan aneksasi wilayah. Sejak itu, daerah kekuasaannya menjadi semakin sempit.

Kerajaan Bolaang Mongondow akhirnya bergabung dengan NKRI pada 1 Juli 1950.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com