Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raden Saleh, Pionir Seni Modern Indonesia

Kompas.com - 01/11/2021, 08:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Raden Saleh atau yang bernama lengkap Raden Saleh Sjarif Boestaman adalah pelukis Indonesia berketurunan etnis Arab-Jawa.

Setiap lukisan yang Saleh buat selalu mengandung unsur perpaduan Romantisme yang terinspirasi dari Ferdinand Victor Eugene Delacroix.

Saat itu, gaya romantisme tengah berkembang di Eropa yang kemudian membuat Raden Saleh tertarik untuk ikut menerapkan gaya tersebut dalam lukisannya. 

Dari gaya romantisme nya inilah Raden Saleh dianggap sebagai pionir seni modern di Indonesia.

Baca juga: Aliran Seni Lukis dan Tokohnya

Awal Kehidupan

Raden Saleh Sjarif Boestaman atau Raden Saleh lahir di Terboyo, Semarang, 1811. 

Ia merupakan keturunan dari keluarga Arab-Jawa ningrat.

Darah Arabnya ia dapat dari sang ayah bernama Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja, seorang keturunan Arab. 

Sedangkan darah Jawa ia peroleh dari sang ibu, Mas Adjeng Zarip Hoesen yang tinggal di daerah Semarang. 

Raden Saleh pertama kali memulai pendidikannya di volkschool atau sekolah rakyat. 

Ketika di sekolah rakyat inilah kegemarannya akan menggambar mulai muncul. 

Semasa mudanya, Raden Saleh dikenal sebagai sosok yang sangat ramah. 

Berkat keramahannya, ia pun dapat dengan mudah masuk ke lingkungan orang Belanda dan lembaga-lembaga elite Hindia Belanda. 

Kenalannya, Pendiri Kebun Raya Bogor Prof. Caspar Reinwardt, menilai Raden Saleh cocok untuk mendapat kesempatan ikatan dinas di departemennya. 

Kebetulan, di instansi tersebut ada seorang pelukis keturunan Belgia bernama AAJ Payen yang didatangkan dari Belanda untuk melukis pemandangan di Pulau Jawa guna dijadikan hiasan kantor. 

Raden Saleh kemudian bertemu dengan AAJ Payen dan mulai diajari tentang seni lukis olehnya. 

Selama proses belajar, Payen mengakui bakat seni rupa yang dipunyai Raden Saleh. 

Oleh sebab itu, Payen membujuk pemerintah kolonial Belanda agar mengirim Raden Saleh ke Belanda untuk belajar seni rupa di sana. 

Baca juga: Ragam Karya Seni Rupa setiap Daerah di Indonesia

Kiprah di Eropa

Raden Saleh tiba di Eropa tahun 1829. Selama dua tahun pertama di Eropa, Raden Saleh menghabiskan waktunya untuk memperdalam bahasa Belanda dan belajar teknik mencetak menggunakan batu. 

Kemudian, selama lima tahun pertama, ia belajar mengenai lukisan potret dari pembimbingnya Cornelius Kruseman. 

Cornelius Kruseman merupakan pelukis istana yang kerap mendapat pesanan dari pemerintah Belanda dan keluarga kerajaan. 

Setelah memperdalam seni lukis, Raden Saleh mantap menjadikan seni lukis sebagai jalur hidupnya. 

Sampai akhirnya, ia berkesempatan menggelar pameran pertamanya di Den Haag dan Amsterdam sekitar tahun 1840-an. 

Dalam pameran tersebut, tidak sedikit warga Belanda yang datang terperangah melihat hasil lukisan Raden Saleh, karena kehebatan teknik yang digunakan dalam lukisannya. 

Tidak berhenti di situ, wawasan seni rupa Saleh juga kian berkembang setelah ia terinspirasi tokoh romantisme Ferdinand Victor Eugene Delacroix. 

Saat romantisme sedang berkembang di Eropa, Raden Saleh sempat tinggal dan berkarya di Prancis sejak 1844 hingga 1851, sebelum akhirnya kembali ke Hindia Belanda. 

Baca juga: Siapa Pelukis Pertama di Dunia?

Kembali ke Hindia Belanda

Setelah masa belajarnya di Belanda usai, Raden Saleh kembali ke Hindia Belanda tahun 1852. 

Di Hindia Belanda ia bekerja sebagai konservator untuk koleksi seni pemerintah kolonial.

Selain itu, Saleh juga mengerjakan sejumlah potret untuk keluarga Kerajaan Jawa sembari terus melukis pemandangan. 

Sekembalinya ke Hindia Belanda, Saleh membangun tempat tinggalnya sendiri di sekitar Cikini sebelum akhirnya pindah ke Bogor setelah menikah. 

Raden Saleh menikahi gadis ningrat keturunan Kraton Yogyakarta bernama Raden Ayu Danudirja tahun 1867. 

Baca juga: Unsur-unsur Seni Lukis

Lukisan Raden Saleh

Karena terinspirasi gaya romantisme milik Delacroix, Raden Saleh pun banyak menampilkan lukisannya yang mencirikan ekspresi romantisme itu sendiri. 

Hasil lukisan Raden Saleh banyak menampilkan cerita yang emosional, dinamis, menyentuh perasaan, dan mengandung sindiran.

Lukisan Penangkapan Diponegoro karya Raden SalehWikipedia Lukisan Penangkapan Diponegoro karya Raden Saleh
Lukisan Penangkapan Diponegoro menjadi lukisan historisnya. 

Dalam lukisan tersebut, Raden Saleh menggambarkan peristiwa pengkhianatan pihak Belanda terhadap Pangeran Diponegoro.

Sebelumnya, lukisan Penangkapan Diponegoro ini sudah lebih dulu dibuat oleh pelukis Belanda Nicolaas Pieneman tahun 1835. 

Namun, Raden Saleh seakan tidak setuju dengan hasil gambarannya, sehingga ia membuat beberapa perubahan. 

Pieneman menggambarkan peristiwa tersebut dari sisi kanan, sedangkan Saleh dari sisi kiri.

Kemudian, Pieneman melukis wajah Pangeran Diponegoro dengan tampang yang lesu, sedangkan Saleh menggambarkan raut Diponegoro yang tegas dan menahan amarah. 

Setelah selesai dilukis tahun 1857, Saleh memberikan lukisannya kepada Raja Willem III di Den Haag yang kemudian lukisannya baru dipulangkan ke Indonesia tahun 1978. 

Baca juga: Berkunjung ke Indonesia, Berikut Profil Raja Willem Alexander dan Ratu Maxima

Kematian

Pada Jumat, 23 April 1880 pagi, Raden Saleh jatuh sakit, di mana aliran darahnya terhambat karena penyumbatan di dekat jantungnya. 

Tidak lama berselang, Raden Saleh tutup usia. 

Jasadnya dikebumikan dua hari kemudian di Kampung Empang, Bogor. 

Semasa hidupnya, banyak pejabat dan bangsawan Eropa yang kagum dengan hasil karya Raden Saleh.

Oleh sebab itu, tahun 1833, untuk memperingati tiga tahun wafatnya Raden Saleh, digelar pameran lukisan Raden Saleh di Amsterdam. 

Tidak hanya Eropa, pemerintah Indonesia juga turut memberi penghargaan lewat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan secara anumerta tahun 1969. 

Pemerintah Indonesia memberikan Piagam Anugerah Seni sebagai Perintis Seni Lukis di Indonesia.

 

Artikel ini telah tayang di National Geographic Indonesia dengan judul "Pionir di Celah Dua Loka". 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com