Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Ronggeng, Tari Magis dari Jawa

Kompas.com - 26/10/2021, 13:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Ronggeng merupakan salah satu tarian yang berasal dari Jawa.

Tari Ronggeng kerap disangkutpautkan dengan hal-hal mistis dan menyeramkan.

Saat ritual tarian Ronggeng berlangsung, para penari dianggap tengah berinteraksi dengan dunia lain. 

Kemudian, para pria yang ikut menari bersama mereka juga akan turut mengalami pengalaman supranatural. 

Baca juga: Asal-Usul Tari Kendalen, Jawa Tengah

Asal-usul Tari Ronggeng

Di Jawa Barat, gadis penari yang menggerakkan badannya dan bernyanyi dalam pertunjukan tarian tersebut disebut Ronggeng. 

Konon, kata ronggeng berasal dari kata renggana yang berarti perempuan pujaan dalam bahasa Sansekerta. 

Kesenian Ronggeng ini sudah ada sejak abad-abad yang lalu, di mana para penari perempuan dianggap sebagai lambang kesuburan dan perantara bumi dengan dunia lain. 

Para penari Ronggeng juga dianggap sebagai penjelmaan Dewi Sri di dunia. 

Setelah Islam masuk, tari Ronggeng lantas ditransformasi menjadi kesenian non-religius. Namun, nuansa magisnya tetap melekat. 

Awal mula kemunculan Tari Ronggeng dilatarbelakangi dengan kisah seorang dewi bernama Dewi Siti Semboja yang ingin membalaskan dendamnya karena kematian sang kekasih, Raden Anggalarang.

Raden Anggalarang tewas karena dibunuh oleh sekelompok perampok di bawah pimpinan Kasalamudra saat sedang melakukan perjalanan pulang menuju Pananjung, Pangandaran.

Dalam peristiwa perampokan tersebut, Dewi Siti Semboja berhasil melarikan diri dan bersembunyi di daerah kaki gunung Pangandaran.

Karena tidak terima dengan kematian kekasihnya, Dewi Siti Semboja lantas menyamar sebagai penari ronggeng keliling bersama dengan dayang-dayangnya.

Mereka mengelilingi daerah Pangandaran dari wilayah kerajaan hingga pelosok demi mencari pelaku dibalik tewasnya Raden Anggalarang.

Bukti dari kisah terbentuknya Tari Ronggeng terlihat dari temuan seorang arkeolog berupa candi yang ada di Kampung Sukawening, Desa Sukajaya Pamarinca, Ciamis, tahun 1977.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com