Konon guru Syekh Siti Jenar itu bernama Abdul Malik Al-Baghdadi yang kemudian menjadi mertuanya.
Saat belajar di Baghdad, Syekh Siti Jenar lebih tertarik pada ilmu Tasawuf. Ia begitu mendalami hingga menguasai ilmu tersebut.
Karena pendalaman ilmu Tasawuf itu, ia sampai berguru pada Syekh Ahmad Baghdadi yang menganut aliran tarekat Akmaliyah.
Ia juga menganut aliran tarekat Akmaliyah itu melalui gurunya tersebut.
Selain itu, Syekh Siti Jenar juga menganut tarekat Syathariyah. Ia pelajari tarekat Syathariyah dari sepupunya yang juga merupakan guru rohaninya.
Baca juga: Wali Songo dan Wilayah Penyebarannya
Setelah menuntut ilmu di Baghdad, Syekh Siti Jenar pergi ke Malaka dan mengajarkan ilmunya di sana. Di Malaka ia mendapatkan gelar Syekh Datuk Abdul Jalil dan Syekh Jabarantas.
Tak lama di Malaka, ia pun pindah ke Jawa dan menuju ke Giri Amparan Jati. Ia tinggal bersama sepupunya Syekh Datuk Kahfi.
Di Giri Amparan Jati, Syekh Siti Jenar menyebarkan agama Islam dan memiliki banyak murid dan pengikut.
Baca juga: Sejarah Masuknya Islam di Jawa Tengah
Muridnya tersebut datang dari berbagai golongan, baik dari masyarakat umum hingga bangsawan.
Setelah memiliki banyak murid, Syekh Siti Jenar mendirikan sebuah pondok pesantren untuk belajar di Dukuh Lemah Abang, Cirebon.
Sejak saat itulah Syekh Siti Jenar dikenal dengan sebutan Syekh Lemah Abang.
Referensi: