Selain Komando Mandala, Soekarno juga mengerahkan beberapa operasi rahasia yang dijalankan untuk menyusupkan sukarelawan ke Irian Barat.
Pasukan yang dikirim adalah Komando Pasukan Gerak Tjepat AURI, RPKAD (TNI Angkatan Darat), dan Kopaska (TNI Angkatan Laut).
Ketiga pasukan tersebut diperintahkan untuk menyelinap, melakukan sabotase, dan melancarkan perang secara gerilya.
Pasukan ini diberangkatkan dari Jakarta ke Surabaya, menuju Gedung Senjata Penataran Angkatan Laut atau PAL.
Akan tetapi, persediaan senjata saat itu sudah tidak lagi memadahi, sehingga hanya tersisa bahan peledak yang berhasil direbut oleh pasukan khusus Indonesia.
Selain itu, untuk melumpuhkan kekuatan Belanda, Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) juga mengerahkan pesawat bom nuklir Tu-16 buatan Rusia.
Baca juga: Pertempuran Medan Area: Latar Belakang, Konflik, dan Dampak
Akhir Pertempuran
Setelah mengalami pertempuran panjang, pada 15 Agustus 1962, Belanda mengakui ambisi Indonesia untuk merebut Irian Barat.
Karena tidak ingin lagi terlibat lebih jauh, pemerintah Belanda akhirnya menandatangani perjanjian New York.
Isi perjanjian tersebut adalah:
Pada 1 Mei 1963, Irian Barat secara resmi masuk dalam bagian dari Indonesia.
Untuk memastikan lebih lanjut, sebagai bagian dari perjanjian New York, dilakukan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada 1969.
Pepera 1969 berfungsi untuk menentukan apakah rakyat Papua atau Irian Barat akan memilih untuk tetap di Indonesia atau tidak.
Berdasarkan hasil akhir, sebanyak 1.025 rakyat Irian Barat memutuskan untuk tetap di Indonesia.
Kemudian, hasil Pepera dibawa ke Sidang Umum PBB. Pada 19 Desember 1969, Sidang Umum PBB menerima dan menyetujui hasil Pepera.
Papua atau Irian Barat dinyatakan sebagai bagian dari NKRI.
Referensi: