KOMPAS.com - Abdoel Moeis Hassan adalah tokoh pemuda asal Samarinda yang berjuang pada masa 1940 hingga 1945.
Ia juga menjadi pemimpin perjuangan diplomasi politik untuk kemerdekaan Indonesia di wilayah Kalimantan Timur pada 1945 hingga 1949.
Pasca-kemerdekaan Indonesia, Samarinda dan Kalimantan Timur belum bergabung dalam Republik Indonesia.
Untuk itu, Hassan berjuang melalui jalur pergerakan diplomasi bernama Ikatan Nasional Indonesia.
Beberapa tahun kemudian, dalam Konferensi Meja Bundar 1949, jerih payah Abdoel Moeis Hassan tidak sia-sia, Kalimantan Timur resmi tergabung dalam Republik Indonesia Serikat.
Baca juga: Andi Sultan Daeng Radja: Pendidikan, Peran, dan Perjuangannya
Abdoel Moeis Hassan lahir di Samarinda, 2 Juni 1924.
Ia merupakan putra kelima dar Mohammad Hassan, tokoh Sarekat Islam Samarinda.
Ketika Abdoel Moeis Hassan berusia lima tahun, ia bersekolah di Meisje School yang didirikan oleh Aminah Sjoekeor, wanita pejuang Indonesia asal Samarinda.
Kemudian, Abdoel Moeis Hassan melanjutkan pendidikannya di Instituut Het Zonnig Land. Ia memperoleh ijazah Meet Uitgebreid Lagere School (sekolah menengah pertama).
Pendidikan politiknya, ia dapat dari AM Sangadji, tokoh Pergerakan Penyadar.
Baca juga: Abdul Halim: Kiprah dan Perannya
Pada Mei 1940, Abdoel Moeis Hassan menggagas pembentukan organisasi kepemudaan yang berhaluan kebangsaan bernama Roekoen Pemuda Indonesia (Roepindo).
Sewaktu berusia 18 tahun, Abdoel bersama Sangadji mengaktifkan Balai Pengadjaran dan Pendidikan Rajat (BPPR) pada 1942.
Terlepas dari itu, setelah kemerdekaan Indonesia, Samarinda dan Kalimantan Timur belum bergabung dengan Republik Indonesia.
Oleh sebab itu, Abdoel Moeis Hassan memperjuangkan Samarinda dan Kalimantan Timur melalui jalur pergerakan diplomasi bernama Ikatan Nasional Indonesia (INI).
Selain itu, Abdoel Moeis Hassan juga berjuang melalui koalisi organisasi bernama Front Nasional.