Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abdoel Moeis Hassan: Peran dan Perjuangannya

Kompas.com - 28/07/2021, 09:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Abdoel Moeis Hassan adalah tokoh pemuda asal Samarinda yang berjuang pada masa 1940 hingga 1945. 

Ia juga menjadi pemimpin perjuangan diplomasi politik untuk kemerdekaan Indonesia di wilayah Kalimantan Timur pada 1945 hingga 1949.

Pasca-kemerdekaan Indonesia, Samarinda dan Kalimantan Timur belum bergabung dalam Republik Indonesia.

Untuk itu, Hassan berjuang melalui jalur pergerakan diplomasi bernama Ikatan Nasional Indonesia.

Beberapa tahun kemudian, dalam Konferensi Meja Bundar 1949, jerih payah Abdoel Moeis Hassan tidak sia-sia, Kalimantan Timur resmi tergabung dalam Republik Indonesia Serikat.

Baca juga: Andi Sultan Daeng Radja: Pendidikan, Peran, dan Perjuangannya

Pendidikan

Abdoel Moeis Hassan lahir di Samarinda, 2 Juni 1924. 

Ia merupakan putra kelima dar Mohammad Hassan, tokoh Sarekat Islam Samarinda. 

Ketika Abdoel Moeis Hassan berusia lima tahun, ia bersekolah di Meisje School yang didirikan oleh Aminah Sjoekeor, wanita pejuang Indonesia asal Samarinda.

Kemudian, Abdoel Moeis Hassan melanjutkan pendidikannya di Instituut Het Zonnig Land. Ia memperoleh ijazah Meet Uitgebreid Lagere School (sekolah menengah pertama). 

Pendidikan politiknya, ia dapat dari AM Sangadji, tokoh Pergerakan Penyadar. 

Baca juga: Abdul Halim: Kiprah dan Perannya

Perjuangan

Pada Mei 1940, Abdoel Moeis Hassan menggagas pembentukan organisasi kepemudaan yang berhaluan kebangsaan bernama Roekoen Pemuda Indonesia (Roepindo).

Sewaktu berusia 18 tahun, Abdoel bersama Sangadji mengaktifkan Balai Pengadjaran dan Pendidikan Rajat (BPPR) pada 1942.

Terlepas dari itu, setelah kemerdekaan Indonesia, Samarinda dan Kalimantan Timur belum bergabung dengan Republik Indonesia.

Oleh sebab itu, Abdoel Moeis Hassan memperjuangkan Samarinda dan Kalimantan Timur melalui jalur pergerakan diplomasi bernama Ikatan Nasional Indonesia (INI). 

Selain itu, Abdoel Moeis Hassan juga berjuang melalui koalisi organisasi bernama Front Nasional.

Tahun 1946, Abdoel Moeis Hassan mendirikan INI cabang Samarinda.

Kemudian, tahun 1947, ia ditunjuk sebagai ketua Front Nasional.

Kedua organisasi ini mendukung Negara Republik Indonesia dan menentang pendudukan Belanda di Indonesia.

Sebaliknya, kesultanan di Kalimantan Timur memilih bergabung dalam Pemerintah Federasi Kalimantan Timur bentukan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Hubertus Johannes van Mook.

Pada akhirnya, tahun 1949, hasil dari Konferensi Meja Bundar, yaitu membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS).

Kalimantan Timur kemudian bergabung di dalam RIS. 

Baca juga: Djatikusumo: Kiprah dan Karier Militernya

Gubernur Kalimantan Timur

Pada 30 Juni 1962, Presiden Soekarno mengangkat Abdoel Moeis Hassan sebagai Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Timur. 

Berdasarkan Keppres No. 260/M taun 1962, ia dilantik pada 10 Agustus 1962.

Sejak menjabat sebagai gubernur, Abdoel Moeis Hassan menjalankan beberapa progra.

Program pertama yang ia hasilkan adalah mendirikan Universitas Kalimantan Timur (Universitas Mulawarman) pada 27 September 1962.

Kemudian, tahun 1966, sekelompok massa menuntut agar Abdoel Moeis Hassan turun dari jabatannya.

Ia dituduh sebagai pengurus Partai Nasional Indonesia yang pro-PKI (Partai Komunis Indonesia).

Namun, tuduhan tersebut tidak terbukti, sehingga Abdoel Moeis Hassan tetap bertahan sebagai gubernur.

Kendati demikian, Abdoel Moeis Hassan memutuskan untuk berhenti menjabat sebagai gubernur pada 1966, periodenya seharusnya hingga 1966. 

Ia menyatakan mundur sebagai gubernur dalam Sidang Istimewa DPRD Kalimantan Timur pada 14 September 1966.

Baca juga: M Jasin: Pendidikan, Kiprah, dan Perjuangannya

Akhir Hidup

Setelah Abdoel Moeis Hassan tidak lagi berkiprah dalam politik, karena memutuskan pensiun, ia aktif dalam bidang sosial.

Abdoel Moeis Hassan mendirikan Yayasan Bina Ruhui Rahayu. 

Pada 19 November 2005, Abdoel Moeis Hassan bersama istrinya, Fatimah, menghadiri acara halal bihalal warga Kalimantan Timur di Jakarta.

Ia sempat mengeluh sulit buang air kecil. Abdoel Moeis Hassan meminta putranya, Taufik Siradjuddin, untuk mengantarkannya pulang.

Mengetahui kondisi sang ayah, Taufik membawa Abdoel Moeis Hassan ke RSU Pusat Persahabatan di Jakarta Timur.

Sempat pulih, pada 21 November 2005, gangguan buang air kecilnya kembali kambuh. 

Sampai waktu tengah malam, Taufik mendapat telepon dari adik perempuannya.

Kabarnya, Abdoel Moeis Hassan tidak sadarkan diri setelah jatuh di kamar mandi.

Taufik segera mendatangi rumah sang ayah. Namun, begitu tiba di sana, Abdoel Moeis Hassan telah tidak bernyawa.

Abdoel Moeis Hassan wafat pada 21 November 2005.

Atas jasa dan perjuangannya, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Referensi:

  • Hassan, A. Moeis. (2004). Kalimantan Timur: Apa, Siapa, dan Bagaimana. Jakarta: Yayasan Bina Ruhui Rahayu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com