Setelah pembelian ini, Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengklaim bahwa Indonesia memiliki angkatan udara terkuat di belahan bumi selatan.
Untuk mencapai keunggulan udara, Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) segera memperbaiki pangkalan-pangkalan udara yang rusak akibat perang.
Tidak hanya memperkuat pangkalan udara, Indonesia juga mendekati beberapa negara, seperti India, Pakistan, Australia, Selandia Baru, Thailand, Britania Raya, Jerman, dan Prancis.
Hal ini dilakukan agar negara-negara tersebut tidak memberikan dukungan kepada Belanda saat pertempuran terjadi.
Lalu, tahun 1961, dalam Sidang Umum PBB, Sekjen PBB U Thant, meminta Ellsworth Bunker, diplomat Amerika Serikat, untuk mengajukan usul terkait masalah Irian Barat.
Bunker mengusulkan agar Belanda menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia melalui PBB dalam jangka waktu dua tahun.
Indonesia telah siap merebut Irian Barat pada 2 Januari 1962 dengan melakukan terjun payung dan pendaratan gerilyawan angkatan laut.
Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan konfrontasi diplomatik Menteri Luar Negeri Indonesia Subandrio dengan Belanda.
Operasi Trikora berjalan dalam tiga tahap, yaitu:
Ketiga tahap tersebut berada di bawah perlindungan Angkatan Udara Indonesia.
Rencana pertama dengan menyerukan penyisipan kelompok kecil pasukan Indonesia melalui laut dan udara.
Kemudian, menarik pasukan Belanda untuk menjauh dari daerah-daerah, karena akan dilakukan eksploitasi untuk merebut lokasi-lokasi utama.
Tahap terakhir, konsolidasi akan diperluas kendali Indonesia atas seluruh Irian Barat.
Setelah itu, Soekarno membentuk Komando Mandala yang dipimpin oleh Mayjend Soeharto sebagai Panglima Komando.
Tugas dari Komando Mandala adalah untuk merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Irian Barat dengan Indonesia.