Perdagangan antara Jepang dan Cina dilakukan melalui pelabuhan Nagasaki. Kemudian, perdagangan dengan Korea terbatas pada Domain Tsushima.
Perdagangan dengan orang Ainu, penduduk asli Jepang, terbatas pada Domain Matsumae di Hokkaido.
Hubungan dagang dengan Kerajaan Ryuky hanya dapat dilakukan di Domain Satsuma.
Namun, meskipun Jepang telah membatasi hubungan dagang mereka, Jepang tetap terlibat dalam diskusi bersama Belanda dan Korea.
Diskusi yang dilakukan ketiga negara ini adalah untuk memastikan bahwa seluruh aktivitas perdagangan tidak mengalami gangguan.
Baca juga: Perguruan Rakyat: Awal Mula dan Perkembangannya
Politik Isolasi atau Sakoku telah berlangsung sejak 1633 hingga 1854.
Kebijakan Sakoku berlangsung hingga dibukanya Jepang secara paksa akibat ekspedisi dari Komodor Matthew Perry dari Amerika Serikat, tahun 1853.
Perry memimpin armada kapal perang yang dikirim oleh Presiden Amerika Serikat, Millard Fillmore untuk memaksa pembukaan pelabuhan Jepang bagi perdagangan Amerika.
Bahkan, Amerika tidak segan-segan menggunakan ancaman kapal perang jika memang diperlukan.
Amerika Serikat memaksa Shogun untuk menandatangani perjanjian damai dalam Konvensi Kanagawa pada 31 Maret 1854.
Melalui perjanjian tersebut, Jepang setuju untuk membangun hubungan diplomatik formal bersama dengan Amerika Serikat.
Tidak hanya dengan Amerika Serikat, Jepang juga menandatangani perjanjian serupa dengan negara-negara barat lainnya, seperti Inggris dan Rusia.
Akibat penandatanganan tersebut, Jepang mau tidak mau membuka kembali hubungan dagang mereka bersama dengan negara-negara asing lainnya.
Bersamaan dengan itu, kebijakan Sakoku berakhir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.