Dulu (sungai yang bernama) Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan mempunyai lengan kencang dan kuat, (yakni Raja Purnawarman) untuk mengalirkannya ke laut, setelah (sungai ini) sampai di istana kerajaan yang termahsyur.
Di dalam tahun ke-22 dari takhta Yang Mulia Raja Purnawarman yang berkilau-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji segala raja, (maka sekarang) beliau menitahkan pula menggali sungai yang permai dan berair jernih, Gomati namanya, setelah sungai itu mengalir di tengah-tengah tanah kediaman Sang Pendeta Nenekda (Sang Purnawarman).
Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, tanggal 8 paro-petang bulan Phalguna dan disudahi pada hari tanggal 13 paro-terang bulan Caitra, jadi hanya 21 hari saja, sedang galian itu panjangnya 6.122 tumbak (11 km).
Selamatan baginya dilakukan oleh para brahmana disertai 1.000 ekor sapi yang dihadiahkan.
Baca juga: Prasasti Yupa: Fungsi dan Isinya
Terdapat empat hal menarik dari Prasasti Tugu dibandingkan dengan prasasti peninggalan Tarumanegara lainnya, di antaranya:
Mengenai nama Candrabhaga yang disebutkan Prasasti Tugu, Poerbatjaraka beranggapan bahwa itu adalah nama sungai di India yang diberikan kepada sungai di Jawa.
Melalui etimologi, para sejarawan menilai bahwa nama itu sekarang dikenal dengan nama Bekasi, yang diduga sebagai pusat Kerajaan Tarumanegara.
Prasasti Tugu untuk pertama kalinya menyebutkan penanggalan, yang sayangnya tidak memuat angka tahun yang pasti, tetapi menyebutkan phalguna dan caitra.
Phalguna dan Caitra bertepatan dengan bulan Februari-April menurut penanggalan Masehi.
Karena di Jawa Barat paling lebat pada bulan Januari dan Februari, kemungkinan pembuatan sungai itu dimaksudkan untuk mengatasi banjir.
Selain pahatan tulisan, pada Prasasti Tugu juga terdapat hiasan berbentuk tongkat dengan ujung menyerupai trisula.
Gambar tongkat ini dipahat memanjang tegak lurus dan menjadi pembatas tiap baris tulisan.
Referensi: