Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Prasasti Tugu: Letak, Isi, dan Maknanya

Seperti prasasti yang dibuat pada masa pemerintahan Raja Purnawarman lainnya, isi prasasti ini juga berbentuk puisi anustubh.

Prasasti Tugu menceritakan tentang penggalian Sungai Cabdrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian saluran (sungai) yang bernama Gomati yang panjangnya 11-12 kilometer oleh Purnawarman.

Keterangan yang didapatkan dari Prasasti Tugu memberi petunjuk bahwa Kerajaan Tarumanegara melakukan penggalian itu untuk menghindari bencana alam berupa banjir dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.

Sejarah penemuan Prasasti Tugu

Prasasti Tugu ditemukan di Kampung Batutumbuh, Desa Tugu, yang kini masuk dalam wilayah Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.

Ketika ditemukan, prasasti ini terkubur di bawah tanah dan hanya bagian puncak nya saja yang terlihat.

Pada 4 Maret 1879, Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (sekarang Museum Nasional) mengadakan rapat pimpinan yang membahas mengenai penemuan Prasasti Tugu.

Dalam rapat tersebut, J.A. van der Chijs mengusulkan agar batu prasasti ini dipindahkan ke museum.

Sejak 1911 hingga kini, Prasasti Tugu disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta.

Isi dan terjemahan Prasasti Tugu

Prasasti Tugu dipahatkan pada sebuah batu andesit berbentuk bulat panjang setinggi satu meter.

Pada batu prasasti tersebut terpahat lima baris pesan yang ditulis menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.

Dari bentuk huruf Pallawa yang digunakan, prasasti ini diperkirakan dibuat pada pertengahan abad ke-5.

Berikut ini bunyi isi Prasasti Tugu dan terjemahannya.

pura rajadhirajena guruna pinabahuna khata khyatam purim prapya candrabhagarnnavam yayau,
pravarddhamane dvavingsad vatsare sri gunau jasa narendradhvajabhutena srimata purnavarmmana,
prarabhya phalguna mase khata krsnastami tithau caitra sukla trayodasyam dinais siddhaikavingsakaih,
ayata satsahasrena dhanusamsasatena ca dvavingsena nadi ramya gomati nirmalodaka,
pitamahasya rajarser vvidaryya sibiravanim brahmanair ggo sahasrena prayati krtadaksina,

Terjemahan:

Dulu (sungai yang bernama) Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan mempunyai lengan kencang dan kuat, (yakni Raja Purnawarman) untuk mengalirkannya ke laut, setelah (sungai ini) sampai di istana kerajaan yang termahsyur.
Di dalam tahun ke-22 dari takhta Yang Mulia Raja Purnawarman yang berkilau-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji segala raja, (maka sekarang) beliau menitahkan pula menggali sungai yang permai dan berair jernih, Gomati namanya, setelah sungai itu mengalir di tengah-tengah tanah kediaman Sang Pendeta Nenekda (Sang Purnawarman).
Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, tanggal 8 paro-petang bulan Phalguna dan disudahi pada hari tanggal 13 paro-terang bulan Caitra, jadi hanya 21 hari saja, sedang galian itu panjangnya 6.122 tumbak (11 km).
Selamatan baginya dilakukan oleh para brahmana disertai 1.000 ekor sapi yang dihadiahkan.

Makna Prasasti Tugu

Terdapat empat hal menarik dari Prasasti Tugu dibandingkan dengan prasasti peninggalan Tarumanegara lainnya, di antaranya:

  • Di dalamnya disebutkan nama dua sungai yang terkenal di Punjab, yaitu Sungai Candrabhaga dan Gomati, yang menimbulkan berbagai tafsiran para ahli.
  • Walaupun tidak lengkap, prasasti ini merupakan satu-satunya peninggalan Purnawarman yang menyebutkan unsur penanggalan.
  • Prasasti ini menyebutkan dilakukannya upacara selamatan oleh kaum Brahmana disertai dengan 1.000 ekor sapi yang dihadiahkan.
  • Prasasti ini menyebutkan dua nama lain di samping Purnawarman.

Mengenai nama Candrabhaga yang disebutkan Prasasti Tugu, Poerbatjaraka beranggapan bahwa itu adalah nama sungai di India yang diberikan kepada sungai di Jawa.

Melalui etimologi, para sejarawan menilai bahwa nama itu sekarang dikenal dengan nama Bekasi, yang diduga sebagai pusat Kerajaan Tarumanegara.

Prasasti Tugu untuk pertama kalinya menyebutkan penanggalan, yang sayangnya tidak memuat angka tahun yang pasti, tetapi menyebutkan phalguna dan caitra.

Phalguna dan Caitra bertepatan dengan bulan Februari-April menurut penanggalan Masehi.

Karena di Jawa Barat paling lebat pada bulan Januari dan Februari, kemungkinan pembuatan sungai itu dimaksudkan untuk mengatasi banjir.

Selain pahatan tulisan, pada Prasasti Tugu juga terdapat hiasan berbentuk tongkat dengan ujung menyerupai trisula.

Gambar tongkat ini dipahat memanjang tegak lurus dan menjadi pembatas tiap baris tulisan.

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/13/090000679/prasasti-tugu-letak-isi-dan-maknanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke