Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penelitian Manusia Purba di Indonesia: Tokoh, Lokasi, dan Penemuan

Kompas.com - 28/06/2021, 09:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penelitian manusia purba di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19.

Penelitian terhadap fosil manusia purba di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Eugene Dubois.

Keberhasilannya menemukan fosil tengkorak di Trinil pada 1890 menjadi bagian penting dalam sejarah paleoantropologi.

Peristiwa ini sekaligus mengawali serangkaian penelitian fosil manusia purba di Indonesia.

Berikut ini akan dijabarkan tentang tokoh peneliti, lokasi, dan penemuan manusia purba di Indonesia.

Tokoh peneliti manusia purba di Indonesia

1. Eugene Dubois

Penelitian manusia purba di Indonesia dipelopori oleh Eugene Dubois, seorang paleoantropologi berkebangsaan Belanda.

Eugene Dubois bertolak ke Indonesia pada pertengahan 1880-an untuk mengejar obsesinya dalam mencari fosil manusia purba.

Pada 1889, ia mendapat kiriman sebuah fosil tengkorak yang ditemukan di Wajak, Tulung Agung, dari B.D Van Reitschotten.

Fosil tersebut kemudian diteliti oleh Eugene Dubois dan dinamai Homo wajakensis.

Setelah itu, Eugene Dubois melanjutkan penelitiannya ke beberapa lokasi, seperti Trinil dan Sangiran.

Namanya semakin terkenal setelah menemukan fosil tengkorak di Trinil pada 1890 yang kemudian dinamai Pithecanthropus erectus.

Antara tahun 1895-1900, Eugene Dubois tercatat menulis 19 artikel ilmiah seputar Pithecanthropus erectus.

Baca juga: Peralatan Manusia Purba dan Fungsinya

2. Gustav Heinrich Ralph von Koeningswald

Gustav Heinrich Ralph von Koeningswald adalah ahli paleontologi berkebangsaan Jerman yang pada awalnya bertugas untuk mengembangkan bio-stratigrafi Pulau Jawa.

Dengan berbekal buku van Es, G.H.R von Koenigswald mencermati endapan-endapan purba Sangiran, hingga menemukan alat-alat paleolitik pada 1934.

Alat-alat serpih berwarna kuning kemerahan dari batuan kalsedon yang ditemukan ini kemudian menjadi sangat terkenal dengan sebutan alat serpih Sangiran.

Pada 1936, von Koenigswald mendapat temuan yang menakjubkan berupa fosil tempurung kepala manusia purba yang sejenis dengan temuan Eugene Dubois di Trinil.

Oleh karena itu, temuan ini kemudian dinamai Pithecanthropus II.

Berkat temuannya ini, sebagian teka-teki seputar keberadaan manusia Jawa mulai terjawab.

3. Ter Haar dan Ir. Oppennoorth

Dalam melakukan penelitian, G.H.R von Koenigswald sering bekerjasama dengan peneliti lain, termasuk Ter Haar dan Ir. Oppennoorth.

Antara 1931-1934, ketiganya menemukan fosil Homo soloensis di Sangiran, Jawa Tengah.

4. Teuku Jacob

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com