Di sana, Basuki bertugas sebagai atase militer di Kedutaan Besar Republik Indonesia.
Tiga tahun berselang, November 1959, Basuki kembali ke tanah air.
Setelah kembali ke Indonesia, ia menjabat sebagai Asisten IV/Logistik di bawah Kepala Staf Angkatan Darat Abdul Haris Nasution atau AH Nasution.
Baca juga: Harun Thohir: Kehidupan, Tugas, dan Hukuman Gantung di Singapura
Pada 30 September 1965, terdapat sebuah kelompok yang menyebut diri mereka Gerakan 30 September.
Pada 1 Oktober 1965, Basuki dihubungi oleh Markas Besar Angkatan Darat.
Ia diberi kabar perihal penculikan para jenderal.
Mendengar hal ini, Basuki pun bersama rekannya berkendara di sekitar kota untuk memeriksa apa yang sedang terjadi.
Saat sedang mengemudi, Basuki melihat pasukannya dari Jawa Timur, Batalyon 530, sedang menjaga Istana Kepresidenan tanpa memakai identitas apapun.
Setelah kembali ke markas, ia mendapati bahwa Panglima Kostrad, Mayor Jenderal Soeharto sudah memutuskan untuk mengambil alih kepemimpinan Angkatan Darat.
Dari Soeharto inilah Basuki tahu bahwa Gerakan 30 September sudah menggunakan pasukan dari Batalyon 530 untuk menduduki tempat-tempat strategis di Jakarta.
Soeharto pun memerintah Basuki untuk bertemu dengan pasukan tersebut.
Basuki diminta untuk bernegosiasi kepada mereka agar bersedia menyerahkan diri sebelum pukul 06.00 atau Soeharto akan menindak pasukan tersebut.
Basuki pun mengikuti perintah Soeharto.
Ia berhasil melakukan negosiasi dengan pasukan Batalyon 530, sehingga pada pukul 16.00, Batalyon 530 menyerahkan diri ke Kostrad.
Baca juga: Organisasi-organisasi Pergerakan Nasional
Pada Februari 1966, terjadi reshuffle kabinet yang dilakukan oleh Presiden Soekarno.