Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Berdirinya Kerajaan Cirebon

Kompas.com - 24/05/2021, 15:48 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kerajaan Cirebon atau Kesultanan Cirebon adalah kerajaan Islam di Jawa Barat yang pernah menjadi pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau.

Selain itu, letak Kerajaan Cirebon yang berada di pantai utara Jawa, lebih tepatnya di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat, membuatnya menjadi "jembatan" antara kebudayaan Jawa dan Sunda.

Hal itu kemudian menciptakan suatu kebudayaan khas, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi kebudayaan Jawa ataupun Sunda.

Pendiri Kerajaan Cirebon adalah Raden Walangsungsang alias Pangeran Cakrabuana, putra Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran.

Kekuasaan kerajaan ini berlangsung selama dua abad lebih, yaitu antara 1430-1677 M.

Baca juga: Raja-Raja Kerajaan Cirebon

Berdirinya Kerajaan Cirebon

Menurut Sulendraningrat yang mendasarkan pada naskah Babad Tanah Sunda dan Atja pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon pada awalnya adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa.

Lambat laut, daerah ini berkembang menjadi sebuah desa yang ramai dan diberi nama Caruban (Bahasa Sunda: campuran), karena bercampurnya para pendatang dari berbagai macam suku, agama, bahasa, adat, dan mata pencaharian yang berbeda-beda.

Mengingat sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah sebagai nelayan, maka berkembanglah pekerjaan menangkap ikan dan rebon (udang kecil), serta pembuatan terasi, petis, dan garam.

Dari istilah air bekas pembuatan terasi dari udang rebon inilah berkembang sebutan cai-rebon (Bahasa Sunda: air rebon) yang kemudian menjadi Cirebon.

Dengan dukungan pelabuhan yang ramai, Cirebon berkembang menjadi kota besar dan pelabuhan penting di pesisir utara Jawa.

Selain itu, Cirebon menjadi cikal bakal pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat.

Baca juga: Peninggalan Sejarah Kerajaan Cirebon

Perkembangan Kerajaan Cirebon bermula dari Ki Gedeng Tapa, seorang saudagar kaya di Pelabuhan Muarajati.

Ia membuka hutan ilalang dan membangun sebuah gubung dan tajug.

Sejak itu, pendatang mulai menetap dan membentuk masyarakat baru di desa Caruban.

Kuwu atau kepala desa Caruban pertama adalah Ki Gedeng Alang-Alang. Sementara sebagai pangraksabumi atau wakilnya adalah Raden Walangsungsang, cucu Ki Gedeng Tapa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perlawanan Nonkooperatif Kelompok Sukarni terhadap Jepang

Perlawanan Nonkooperatif Kelompok Sukarni terhadap Jepang

Stori
Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Stori
Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com