Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)

PSHT lahir pada tanggal 2 September 1922. PSHT didirikan di Desa Pilangbango, Kecamatan Kartoharjo, Madiun, Jawa Timur.

Pendiri PSHT adalah Ki Hadjar Hardjo Oetomo, seorang tokoh pejuang kemerdekaan.

Organisasi silat ini sempat beberapa kali berganti nama. Sebelum PSHT namanya adalah Setia Hati Pemuda Sport Club (SH PSC).

Setelah itu, namanya diganti menjadi Persaudaraan Setia Hati "Pemuda Sport Club", dan akhirnya diubah menjadi Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dalam kongres pertamanya di Madiun.

Didirikan pada masa penjajahan Belanda, pemerintah kolonial sempat melarang perguruan ini, karena ilmu pencak silat yang diajarkan dikhawatirkan dijadikan sebagai kekuatan melawan Belanda.

Berikut ini sejarah PSHT dari masa ke masa.

Sejarah berdirinya PSHT

Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) didirikan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo, seorang perjuang yang dianugerahi gelar pahlawan perintis kemerdekaan oleh negara.

Sebelum mendirikan PSHT, Ki Hadjar Hardjo Oetomo berguru kepada Ki Ngabehi Soerodiwiryo, pendiri aliran pencak silat Setia Hati (SH Panti) di Desa Winongo, Madiun.

Ki Hadjar Hardjo Oetomo dikenal sebagai murid yang tekun, bahkan mendapat predikat pendekar tingkat III dalam tataran ilmu Setia Hati (SH), karena berhasil menguasai ilmu-ilmu yang diberikan sang guru.

Dengan keahlian bela dirinya, Ki Hadjar Hardjo Oetomo ingin mengajarkan ilmunya kepada masyarakat luas, khususnya pada para pejuang kemerdekaan, karena ilmu pencak SH cenderung hanya diajarkan kepada kaum bangsawan.

Atas dasar itu, Ki Hadjar Hardjo Oetomo mendirikan Setia Hati Pemuda Sport Club (SH PSC).

Berbekal ilmu pencak silat Djojo Gendilo Ciptomuljo ciptaan Ki Ngabehi yang didapatkan saat berguru di SH Winogo, Ki Hadjar Hardjo Oetomo mengumpulkan pemuda setempat untuk digembleng ilmu kanuragan.

Latihan pencak silat yang digelar Ki Hardjo Oetomo secara implisit diformat sebagai ajang pembekalan pemuda untuk melawan penjajahan Belanda.

Bermula dari Desa Pilangbango, Ki Hardjo Oetomo membuka tempat lahitan pencak silat di beberapa daerah di Jawa Timur, seperti di Nganjuk, Kediri, dan lainnya.

Karena itu, SH PSC diawasi ketat oleh pemerintah kolonial.

Melansir shterate.or.id, pada 1924, Ki Hardjo Oetomo ditangkap karena melakukan gerakan menentang pemerintah kolonial dan dihukum selama tiga bulan di Jember.

Sejak itu, Ki Hardjo Oetomo beberapa kali keluar masuk penjara. Bersama rekan-rekannya, ia kerap melakukan perlawanan dengan melakukan penghadangan, pelemparan, dan perusakan kereta api yang membawa barang atau tentara Belanda.

Atas tindakan tersebut, ia ditangkap dan dipenjara oleh Belanda di Cipinang, kemudian sempat juga dibuang hingga Padang Panjang di Sumatera Barat.

Setelah kembali dari masa tahanannya, semangat Ki Hardjo Oetomo tidak berkurang. Karena itu, ia terus diawasi oleh Belanda.

Mamasuki tahun 1938, kondisi fisik Ki Hardjo Oetomo menurun, sehingga kegiatan SH PSC diamanatkan kepada sejumlah siswanya.

Pada 1942, atau pada masa pendudukan Jepang, nama SH PSC diganti menjadi Setia Hati Terate (SH Terate), atas usulan Soeratno Soerengpati, seorang tokoh perintis kemerdekaan dari Indonesia Muda.

Salah satu alasan pergantian nama ini adalah agar SH PSC tidak dicap sebagai pemberontak seperti pada zaman penjajahan Belanda.

Sekalipun sudah berubah nama, SH Terate masih tetap memakai konsep perguruan pencak silat, dengan hierarki kepemimpinan dipegang oleh guru, dalam hal ini Ki Hardjo Oetomo.

Akhirnya pada 1948, diselenggarakan kongres pertama perguruan ini di Madiun, yang menandai perubahan dari bersifat perguruan menjadi organisasi, sekaligus perubahan nama dari Setia Hati Terate (SH Terate) menjadi Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).

Perkembangan PSHT

Setelah Indonesia merdeka, PSHT turut berkembang pesat. Sejalan dengan itu, muncul pemikiran pembaruan, utamanya terkait format penataan program kegiatan organisasi.

Hal ini dilakukan agar PSHT mampu mensejajarkan kiprahnya dengan perubahan zaman dan kelangsungan hidup organisasi serta kelestariannya lebih terjamin.

Ketika Ketua Umum PSHT dijabat oleh Irsyad (1956-1958), dilakukan penggalian teknik dan akurasi gerakan pencak silat. Beberapa gerakan jurus PSHT dicermati dan dikaji ulang, kemudian dicoba untuk lebih diakurasikan.

Dalam perkembangannya, akurasi jurus pada era Irsyad inilah yang dijadikan gerakan baku PSHT.

Kini, PSHT telah berusia lebih dari satu abad dan anggotanya diperkirakan lebih dari 1 juta orang.

Selain memiliki cabang di ratusan kabupaten/kota di Indonesia, PSHT juga memiliki komisariat dan cabang di luar negeri, seperti di Malaysia, Belanda, Rusia, Timor Leste, Hongkong, Korea Selatan, Jepang, Belgia, dan Perancis.

https://www.kompas.com/stori/read/2024/04/04/230000979/sejarah-persaudaraan-setia-hati-terate-psht

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke