Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dampak Konfrontasi Indonesia-Malaysia

Pertikaian ini melibatkan dua negara Asia Tenggara, yaitu Malaysia dan Indonesia pada 1962 hingga 1966.

Lalu, apa dampak Konfrontasi Indonesia-Malaysia?

Soekarno melancarkan Ganyang Malaysia

Pada awalnya, Indonesia setuju untuk menerima pembentukan Negara Federasi Malaysia.

Namun, pada 16 September 1963, Malaysia justru melihat pembentukan Negara Federasi Malaysia ini akan membawa masalah dalam negeri.

Presiden Soekarno pun melihat tindakan Malaysia menjadi sebuah bentuk pelanggaran dan sebagai bukti kolonialisme dan imperialisme Inggris.

Belum berhenti di situ, kemarahan Presiden Soekarno semakin memuncak setelah Perdana Menteri Malaysia, yaitu Tuanku Abdul Rahman menandatangani pembentukan Negara Federasi Malaysia dengan Inggris.

Naskah tersebut ditandatangani di London, 9 Juli 1963.

Di dalam naskah itu disebutkan Negara Federasi Malaysia akan dibentuk pada 31 Agustus 1963.

Konflik kemudian semakin memanas setelah pada 17 September 1963, para demonstran anti-Indonesia melakukan aksi unjuk rasa di Kuala Lumpur.

Sebab, para demonstrasi menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, dan membawa lambang Garuda Pancasila ke hadapan PM Malaysia saat itu dan memaksanya untuk menginjak-injak lambang Garuda itu.

Kemarahan para demonstran ini pun menyulut kemarahan Presiden Soekarno.

Ia ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang disebut Ganyang Malaysia.

Presiden Soekarno kemudian berpidato yang berbunyi:

“Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysia keparat itu.

Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot bangsa, sebagai martir bangsa dan sebagai peluru bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya.

Serukan, serukan ke seluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini. Kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat”.

Indonesia sempat keluar dari PBB

Sengketa antara Indonesia-Malaysia berusaha untuk diselesaikan melalui berbagai cara diplomasi.

Namun, cara ini justru membuat ketegangan di antara keduanya semakin memanas, terutama setelah Malaysia menyatakan kemerdekaannya pada 16 September 1960.

Tidak hanya itu, Malaysia bahkan diangkat menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.

Hal ini yang kemudian membuat Soekarno semakin marah dan merasa PBB tidak menyelesaikan konflik karena tidak menghalangi kemerdekaan Malaysia.

Ketidakpuasan Soekarno terhadap PBB inilah yang mendorong Indonesia keluar dari PBB.

Awalnya, keputusan Soekarno ini ditentang oleh pemerintah-pemerintah dari negara lain.

Melalui surat Menteri Luar Negeri Subandrio, Indonesia keluar dari PBB sejak tanggal 1 Januari 1965.

Keputusan itu disampaikan melalui surat pada 6 Januari 1965.

Indonesia pun menjadi negara pertama dan satu-satunya yang pernah keluar dari PBB.

Kendati begitu, pada akhirnya Indonesia kembali bergabung dalam PBB pada 28 September 1966.

Referensi:

  • Panumbangan, Abraham. (2016). The Uncensored of Bung Karno, Misteri Kehidupan Sang Presiden. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.
  • Novia, Astri. (2017). Lancar Pidato & MC, Tanpa Gugup Tanpa Panik. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/09/18/200000979/dampak-konfrontasi-indonesia-malaysia-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke