Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hein ter Poorten, Wakil Belanda dalam Perjanjian Kalijati

Ia juga menjadi komandan pasukan Sekutu yang tergabung dalam American-British-Dutch-Australian Command (ABDACOM), yang dibentuk pada 1942 untuk menghadapi ekspansi Jepang ke Asia Tenggara.

Ketika Belanda harus menyerahkan Indonesia kepada Jepang pada 1942, Hein ter Poorten menjadi wakil Belanda yang menandatangani Perjanjian Kalijati bersama Alidius Tjarda van Starkenborgh Stachouwer.

Berikut biografi singkat Hein ter Poorten.

Lahir di Bogor

Hein ter Poorten lahir di Bogor pada 21 November 1887 dari pasangan Franciscus Hendricus ter Poorten dan Clasina Ambrosina Kater.

Ayah Hein ter Poorten adalah seorang kepala staf Angkatan Laut.

Melansir nationalgeographic.grid.id, Hein ter Poorten masuk militer dan dididik di Belanda.

Pada awalnya, ia sekolah kadet Alkmaar, berlanjut ke Akademi Militer Kerajaan Breda, dan lulus sebagai letnan dua artileri pada 25 Juli 1908.

Saat itu, di Eropa sedang euforia dunia penerbangan. Maraknya demonstrasi terbang memacu semangat Ter Poorten untuk masuk sekolah pilot Aviator di Antwerpen, Belgia.

Ter Poorten mendapat brevet yang diidam-idamkannya pada 30 Agustus 1911, menjadikannya pilot militer Belanda/Hindia Belanda yang pertama.

Tidak hanya itu, ia pun menjadi pilot militer pertama yang terbang di langit Nusantara.

Sepak terjang selama Perang Dunia II

Sekembalinya ke Indonesia, karier Hein ter Poorten terus merangkak naik.

Pada Juli 1939, ia menjadi kepala staf umum KNIL, sebelum akhirnya dipromosikan menjadi Panglima Tertinggi KNIL pada Oktober 1941, menggantikan Letnan Jenderal Gerardus Johannes Berenschot yang meninggal dalam kecelakaan terbang.

Ter Poorten terkenal ahli di bidangnya, sehingga dipercaya menjadi komandan pasukan Sekutu yang tergabung dalam ABDACOM untuk melawan Jepang.

Ia juga menjadi panglima dari semua pasukan Sekutu di Jawa, menyusul pecahnya ABDACOM yang semakin terdesak dengan kedatangan Jepang.

Pada 8 Maret 1942, Belanda tidak punya pilihan selain menyerahkan Indonesia kepada Jepang.

Ter Poorten, yang berada di bawah tekanan, terpaksa membaca pernyataan di radio tentang penyerahan tanpa syarat Belanda kepada Jepang.

Bersama Alidius Tjarda van Starkenborgh Stachouwer, Ter Poorten menjadi perwakilan Belanda pada serah terima kekuasaan kepada Jepang di Kalijati, Jawa Barat.

Setelah Indonesia jatuh ke tangan Jepang dan selama sisa waktu Perang Dunia II, Ter Poorten menghabiskan hari-harinya di berbagai kamp tawanan perang.

Meninggal di Belanda

Setelah Perang Dunia II berakhir dengan kekalahan Jepang, Hein ter Poorten dibebaskan.

Menyusul pembebasannya pada Agustus 1945, ia pindah ke kampung halamannya di Belanda.

Pada November 1945, Ter Poorten sebenarnya telah mengajukan pengunduran dirinya sebagai Panglima KNIL.

Permintaannya tidak langsung dikabulkan, tetapi ia diberhentikan secara terhormat pada 28 Februari 1946.

Ter Poorten meninggal pada 15 Januari 1968 di Den Haag, Belanda, dalam usia 80 tahun.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/06/17/110000779/hein-ter-poorten-wakil-belanda-dalam-perjanjian-kalijati

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke