Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Masjid Gedhe Kauman, Wujud Harmonisasi Budaya dan Agama

Lokasi masjid ini berada Kampung Kauman, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta, atau tepatnya berada di sisi barat Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta.

Masjid Gedhe Kauman adalah peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang dibangun pada 1773 oleh Sultan Hamengkubuwono I, pendiri Kesultanan Yogyakarta.

Sejarah Masjid Gedhe Kauman

Masjid Gedhe Kauman didirikan pada 29 Mei 1773 oleh Sultan Hamengkubuwono I bersama Kiai Fakih Ibrahim Diponingrat (penghulu keraton).

Pendirian masjid ini ditandai dengan prasasti yang terletak di serambi masjid.

Secara simbolis, Masjid Gedhe Kauman menandakan bahwa peran sultan tidak hanya sebagai penguasa pemerintahan, tetapi juga sebagai wali Allah di dunia dan pemimpin agama di kasultanan. 

Dua tahun setelah didirikan, bangunan masjid diperluas karena jemaah yang bertambah banyak.

Perluasan meliputi pembangunan serambi dan dua bangunan tambahan yang disebut pagongan.

Dua bangunan pagongan ini digunakan sebagai tempat dua rangkaian gamelan pusaka, yakni Kiai Gunturmadu dan Kiai Nagawilaga, yang biasanya dimainkan selama upacara Sekaten.

Pada 1840, dibangun pintu gerbang masjid berbentuk Semar Tinandhu, yang melambangkan sosok teladan yang mengasuh para ksatria dan raja.

Pada 1867, terjadi gempa yang meruntuhkan serambi masjid. Sultan Hamengkubuwono VI kemudian memerintahkan untuk membangun kembali sekaligus memperluas candi.

Setelah itu, Masjid Gedhe Kauman beberapa kali mengalami renovasi dan penambahan bangunan hingga berwujud seperti sekarang ini.

Fungsi Masjid Gedhe Kauman

Pada awal berdirinya Kesultanan Yogyakarta, Masjid Gedhe Kauman digunakan sebagai pengadilan agama, tempat pertemuan para ulama, pengajian dakwah islami, dan peringatan hari besar.

Masjid Gedhe Kauman disebut sebagai simbol harmonisasi kebudayaan Jawa dan agama Islam.

Pasalnya, selain dibangun untuk fungsi keagamaan, masjid ini juga didirikan sebagai kelengkapan Kesultanan Yogyakarta.

Oleh karena itu, pimpinan pengurus masjid ini adalah penghulu keraton, yang juga abdi dalem keraton.

Salah satu abdi dalem penghulu keraton yang pernah memimpin masjid ini adalah KH Ahmad Dahlan, pahlawan nasional yang dikenal sebagai pendiri Muhammadiyah.

Arsitektur Masjid Gedhe Kauman

Arsitek Masjid Gedhe Kauman adalah adalah Kiai Wiryokusumo. Gaya arsitektur masjid ini tidak jauh berbeda dengan Masjid Demak.

Masjid Gedhe Kauman memiliki empat saka guru atau pilar utama dengan atap bersusun tiga. 

Atap yang tersusun menjadi tiga tingkatan memiliki makna tasawuf, yakni syariat, tarekat, dan marifat. 

Kemudian, bagian atap Masjid Gedhe Kauman memiliki mustaka atau hiasan mahkota berbentuk bunga, yang menandakan masjid ini milik Keraton Yogyakarta. 

Selain itu, di dalam masjid terdapat ruang khusus untuk raja yang disebut maksura, yang letaknya berada di baris paling depan.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/04/06/150000579/masjid-gedhe-kauman-wujud-harmonisasi-budaya-dan-agama

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke