Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Financial Fair Play, Aturan yang Banyak Memakan Korban Klub Besar

Kompas.com - 15/02/2020, 19:40 WIB
Alsadad Rudi,
Nugyasa Laksamana

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Financial Fair Play kembali memakan korban. Paling terbaru menjerat Manchester City.

Juara bertahan Liga Inggris itu dilarang tampil dua tahun di kompetisi Eropa. Larangan tersebut mulai aktif berlaku musim depan.

Artinya, Manchester City tak bisa bermain di Liga Champions musim depan, apapun hasil yang mereka peroleh di kompetisi domestik musim ini.

Man City bukanlah klub pertama yang menjadi korban peraturan Financial Fair Play.

Sejak pertama kali diterapkan pada 2011 silam, tercatat sudah ada sejumlah klub yang mengalami nasib serupa, salah satunya AC Milan.

Seperti Man City, AC Milan juga tengah menjalani sanksi larangan berkompetisi di level Eropa yang dijatuhkan 2018 silam.

Baca juga: Hukuman UEFA kepada Man City Untungkan Liverpool?

Paris Saint-Germain juga pernah divonis melanggar financial fair play. Namun, lolos setelah memenangkan banding yang diajukan lewat Pengadilan Arbitrase Internasional (CAS).

Financial Fair Play mulai diterapkan saat UEFA dipimpin Michel Platini. Tujuan penerapannya untuk mencegah klub terlilit masalah utang piutang.

Jadi, setiap klub wajib menyeimbangkan neraca keuangannya.

Selain itu, Financial Fair Play diterapkan untuk mencegah klub yang hanya mengandalkan uang pemilik untuk berbelanja pemain.

Legenda sepak bola Perancis sekaligus mantan Presiden UEFA, Michel Platini.AFP Legenda sepak bola Perancis sekaligus mantan Presiden UEFA, Michel Platini.

Singkat kata, Financial Fair Play mengharuskan seluruh klub untuk mandiri dalam mengatur keuangannya.

Bila ingin membeli pemain dengan harga mahal, klub tersebut harus punya neraca keuangan yang sehat.

Klub yang ingin melakukan pembelian dalam jumlah besar biasanya juga akan lebih dulu melakukan penjualan dalam jumlah besar.

Klub tidak boleh melakukan belanja di luar kemampuannya.

Baca juga: Man City Dihukum, Peluang Man United ke Liga Champions Terbuka

Tidak boleh ada lagi klub yang mengandalkan dana pembelian pemain dari sumber utang, ataupun uang pribadi pemilik klub.

Pemilik klub hanya boleh menjembatani kerja sama klub dengan perusahan-perusahaan miliknya, tentunya tetap berada di bawah pengawasan UEFA.

Tidak boleh ada kesepakatan main mata yang melanggar nilai pasar. Jika ketahuan, hukuman tentu menanti.

Financial Fair Play tidak mengharamkan klub mengalami kerugian. Hanya saja nilainya dibatasi.

Para pemain Manchester City merayakan gelar juara Liga Inggris musim 2018-2019 seusai menang versus Brighton & Hove Albion di Stadion American Express Community, 12 Mei 2019. AFP/GLYN KIRK Para pemain Manchester City merayakan gelar juara Liga Inggris musim 2018-2019 seusai menang versus Brighton & Hove Albion di Stadion American Express Community, 12 Mei 2019.

Adanya Financial Fair Play diyakini akan membuat klub-klub bersaing sehat dalam hal keuangan dan hanya mengandalkan sumber yang "halal" dalam dunia sepak bola, seperti jual-beli pemain, pendapatan hak siar dan tiket pertandingan, penjualan merchandise, dan berupaya berprestasi demi meningkatkan nilai komersial klub.

Saat awal-awal diterapkan, sempat ada kekhawatiran UEFA tidak akan berani menindak klub-klub besar.

Namun, hukuman yang sudah dijatuhkan ke PSG, AC Milan, maupun Man City sampai sejauh ini menjadi bukti UEFA tidak main-main dalam menerapkan peraturan.

Baca juga: Man City Dihukum UEFA, Isu Guardiola ke Juventus Muncul Lagi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com